Oleh:Dani Ferdian (Menteri Dalam Negeri BEM KEMA UNPAD)

Januari 2006 boleh dikatakan menjadi titik tolak revolusi pendidikan di Indonesia. Departemen pendidikan nasional membentuk Tim Gugus Tugas penetapan 10 perguruan tinggi di Indonesia yang akan dipersiapkan sebagai universitas-universitas yang akan dikembangkan menjadi universitas kelas dunia (World Class Univesity). Dan Universitas Padjadjaran, merupakan salah satu diantara nya.

2010, berdasarkan renstra Unpad, tahun ini sejatinnya Unpad sudah mencapai “Excelent Research Based Teaching University”, sementara itu untuk tahun 2010-2011 direncanakan mencapai “Research University”, pada tahun 2011-2013 mencapai “Regional Class University”, dan kemudian pada 2013-2016 Unpad sudah menjadi “World Class Univesity”.

Tiga tahun lagi berarti Unpad ditargetkan menjadi World Class Univesity, ini menandakan bahwa target ini jauh lebih cepat dibandingkan apa yang telah dicanangkan sebelumnya yaitu pencapaian WCU pada tahun 2022-2026.

Lalu sebenarnya, apakah universitas kelas dunia (World Class Univesity) itu, dan bagaimana kriteria nya? Berbicara mengenai hal ini, maka terdapat definisi yang berbeda-beda untuk menjelaskan tentang WCU itu sendiri, tergantung dari kriteria dan lembaga pengakreditasian mana yang kita gunakan.

Menurut Shanghai Jia Tong University, WCU itu dilihat dari kriteria seperti kualitas pendidikan (alumni yang memenangi hadiah nobble dan field medals), kualitas pengajar (pengajar yang memenangi hadiah nobble dan field medals, riset yang paling disitir dalam 21 kategori), luaran riset (artikel ilmiah yang dipublikasikan di majalah nature dan majalah sciene, artikel yang disitir oleh science citation index), dan ukuran institusi (peforma akademik dalam kaitan nya dengan ukuran institusi).

Sementara itu menurut The Times Higher World University Ranking, WCU dilihat dari criteria seperti kualitas riset (peer review, sitasi per dosen), keterserapan lulusan (review perekrut), citra internasional (dosen internasional, mahasiswa internasional), dan kualitas pengajaran (dosen).

Sedangkan kriteria ranking dan bobot WCU menurut Webometric dilihat dari jumlah halaman referensi tentang Unpad dan sivitas akademikanya , yang dapat didapatkan melalui mesin pencari Google, Yahoo, Live Search, dan Exalead. Jumlah link eksternal yang berkaitan dengan Unpad dan sivitas akademikanya, yang dapat diakses melalui mesin pencari (Yahoo dan MSN). Adanya dokumen-dokumen dalam format Adobe Acrobat PDF, Adobe Postcript, Microsoft Word, dan Microsoft Power Point dari artikel-artikel akademik sivitas akademika Unpad yang dapat diekstrak dari internet. Juga melalui mesin pencari Google terdeteksi sejumlah artikel dan sitasi dari setiap akademisi. Kepakaran akademisi Unpad harus dapat terdeteksi oleh mesin pencari Google di internet.

Dan terdapat juga kriteria WCU menurut Dikti (Perguruan Tinggi Berbasis Kesehatan Organisasi dan Daya Saing Bangsa), dimana terdapat 35 item yang menjadi kriteria WCU sebagaimana surat Ditjen Dikti No. 2045/D/T/2007 tertanggal 25 Juli 2007.

Melihat realita yang ada, dengan mengkomparasikan kriteria penilaian WCU diatas, untuk perguruan tinggi Indonesia, apalagi Unpad, yang paling memungkinkan untuk dikejar ialah status WCU berdasarkan kriteria Webometrics. Kriteria Shanghai Jiatong maupun THES memang sangat bergengsi, namun akan sulit bagi Unpad dalam waktu dekat untuk merekrut dosen peneliti kelas internasional, menyediakan laboratorium berperalatan lengkap, merekrut mahasiswa asing top dari berbagai Negara, atau segera para penelitinya berhasil menembus jurnal-jurnal ilmiah internasional. Oleh karena itu, kriteria webometrics lah yang paling mudah untuk dapat diraih.

Untuk mewujudkan hal tersebut, program kerja yang sudah dirintis berbasis webometrics ialah dengan melakukan revitalisasi unit pelaksana teknis pengelola ICT, menambah bandwith dan titik pengaksesan (access point) agar akses ke web Unpad menjadi lancar, menerbitkan kebijakan Unpad tentang segala sesuatu dalam pembangunan dan pengembangan ICT di Unpad, mempersiapkan isi web, terus menerus menghimbau pemahaman tentang membangun citra, serta membentuk tim khusus webometrics.

Berdasarkan kriteria webometrics, Unpad sebenarnya sudah masuk ke daftar mereka. Data dimutakhirkan setiap enam bulan sekali, dan untuk periode juli 2010 Unpad berada di urutan 1834 dari seluruh perguruan tinggi di dunia dan urutan ke 53 di Asia Tenggara (http://www.webometrics.info/). Untuk sekadar komparasi, urutan perguruan tinggi Indonesia yang lain yaitu ITB di urutan 569, UGM di 611, UI di 789, IPB di 1127, ITS di 1348, UNAIR di 1474 dan UNDIP di urutan 1517.

Menjadi World Class Univesity adalah sebuah keharusan. Dan sebagai bentuk kesungguhan Unpad dalam mencapai hal tersebut, dibentuklah tim WCU yang diketuai oleh Arif Syamsulaksan Kartasasmita. Dr.,SpM.,MS. Hal ini merupakan salah satu upaya untuk mencapai indikator menjadi WCU, yaitu international publication, HKI, dan international study program accreditation yang menjadi indikator kinerja utama, serta international research grant, citation index, dan international faculty & students yang menjadi indikator kinerja tambahan.

Kriteria WCU berdasarkan Webometrics idealnya bukanlah kejaran utama, sejatinya Univesitas Padjadjaran pun memiliki komitmen dan secara konsisten untuk terus memperbaiki kualitas pendidikan, kualitas pengajaran, kualitas riset, ukuran institusi dan citra internasional nya dengan melakungan berbagai pembangunan dan pengembangan dari apa yang sudah ada sekarang. Sebagai institusi perguruan tinggi –yang tugas utamanya adalah Tridharma- menjadi universitas berkelas dunia maka sejatinya pengajarannya harus berkelas dunia, penelitiannya juga berkelas dunia, serta pengabdian kepada masyarakat nya pun harus berkelas dunia. Oleh karena itu, dalam pengelolaan nya pun harus berkelas dunia.

Lalu, apakah hanya sekadar mimpi, atau dapat terealisasi di tahun 2013 Unpad menjadi World Class Univesity? Jangan hanya menjadi sekadar wacana, perlu kerja nyata dalam mewujudkan itu semua. Perlu penghayatan dan kesamaan tindak kearah visi yang sama, semua sivitas akademika harus berkontribusi aktif, minimal berpartisipasi aktif dalam mewujudkan hal tersebut. “ Think Globally through Act Locally!” , setiap invididu harus bekerja secara professional dalam bidang tugas dan peran nya masing-masing, untuk peningkatan mutu yang terus menerus, untuk kualitas performa yang lebih baik, menuju kualitas internasional, untuk Indonesia, untuk almamter, dan untuk kita semua.

KKNM 2010, silahkan mengeluh kawan...

" Arrghh.., kenapa harus KKN sih?? padahal saya pengen balik, banyak yang harus dikerjakan, liburan saya semakin menyempit, dan bla..bla..bla..bla.."

" iya knp juga KKN ya.., pasti tidur nya gk nyaman, makan gk biasa, mandi sama nyuci gmana?? gk bisa akses internet,harus ngeluarin duit buat program dan bla..bla..bla..bla... "

" err.., KKN resek.., sebulan hidup sama orang yg gk dikenal, orang2 baru, dengan gaya dan sikap masing2.., pasti gk kan nyaman gaul sama mereka.., bla..bla..bla..bla.. "


statement diatas mungkin jadi sekelumit kecil kata-kata yang mewakili kondisi sebagian kita dalam menyongsong KKNM 2010.

lalu coba perhatikan sedikit saja tentang realita masyarakat seperti keadaan berikut ini:

pernah kah kita melihat sesosok tua dan lelah disertai keringat yang mengucur deras, terkadang nafas nya tersengal ditengah terik matahari dengan tubuh kurus keriput ditengah ladang persawahan??

atau melihat sesosok manusia yang kurang dalam mengenyam pendidikan, kulitnya legam terbakar matahari,dari kekar bahunya hingga kini kurus dan nampak hanya terbungkus kulit dia masih setia menjadi buruh angkut, walau mungkin kini langkahnya mulai gemetar..

mereka adalah sebagian kecil dari realita kehidupan yang ada, siapapun mereka,mereka memiliki kontribusi untuk bangsa walaupun kecil. Sekecil apapun mereka, sesederhana apapun mereka, dari uang yg mereka keluarkan untuk membayar pajak (pajak tanah, PBB, PPN, pajak2 lain nya) langsung atau tidak langsung manfaat nya bisa kita rasakan.

bahkan sadarkah kita, darimana uang yang mensubsidi kuliah kita?? darimana uang yang karena nya kita bisa menerima ilmu kedokteran, komunikasi, sastra, tekhnik, dll pada saat ini??

masyarakat memiliki peran dalam hal itu kawan, walaupun kadang mereka tak berfikir bahwa kita mengenyam kuliah karena kontribusi -besar atau kecil- mereka.

Lalu, hampir 3 tahun lebih kita mengenyam ilmu pendidikan di bangku kuliah, yang notabene nya menggunakan uang rakyat dalam prosesnya itu, sudah sejauh mana timbal balik kita untuk mereka??
dalam 3 tahun ini, apa yang sudah kita berikan untuk masyarakat??

lalu apa yang salah dengan kuliah kerja nyata mahasiswa yang hanya diselenggarakan 1 bulan dari total 4 tahun masa kuliah kita??

proporsi 4 tahun, 48 bulan kita menikmati kuliah, dan 1 bulan hanya untuk KKNM..
1 : 47, hanya satu bulan dari total 48 bulan yang hanya diminta untuk turun ke masyarakat..
ketika kita mengeluhkan yang 1 bulan ini, pernahkah kita sadar 47 bulan lain nya kita berkuliah sebagian biaya darimana???

Mahasiswa, sungguh Indonesia itu luas. Masyarakat butuh pengabdian kita, tak hanya sebatas KKNM yang cuma setaun sekali.

Jangan juga berpikir pengabdian hanya melalui KKNM saja, jika paradigma nya seperti itu, selama jadi mahasiswa hanya sekali saja kita mengabdi kepada masyarakat?

di perempatan masih ada anak-anak kecil minta-minta,di panti asuhan ada yang butuh bantuan tenaga pengajar,di pelosok-pelosok ada yang butuh buku, dan tingkat kesehatan nya masih rendah. Mari buka mata, hati dan telinga kita. Jangan jadikan mata kita hanya terpaku pada game, world cup atau nonton film saja, jangan jadikan pikiran kita terpaku untuk shopping, atau sekedar belajar keilmuan saja.

Gak harus lewat organisasi kampus ataupun KKNM sebenarnya buat melakukan pengabdian kepada masyarakat. KKNM hanyalah sebuah sarana, sebuah fasilitas yang mungkin dengan ini secara legal formal akademik mengharuskan seluruh mahasiswa untuk melakukan hal tersebut, karena tak ada jaminan ketika program KKNM ini tidak diselenggarakan, setiap kita bisa balas budi kepada masyarakat dengan caranya masing2.

masyarakat Indonesia mayoritas taraf hidupnya saya pikir masih dibawah teman-teman, dan bagaimana kita bisa tau jika kita gak pernah berbaur dengan masyarakat? Disinilah kita melatih sensitivitas kita kawan2? Selain sensitivitas, kreatifitas dituntut disini untuk melihat kejelian kita dalam memperhatikan dan peka terhadap kebutuhan masyarakat, dan mengajukan alternatif solusi sesuai bidang keilmuan kita dalam menyelesaikan berbagai permasalahan tadi.

Mengeluh atau tidak, peduli atau tidak, itu adalah pilihan dalam menyambut KKNM 2010.

semengeluh apapun kita, setidak peduli apapun kita, KKNM 2010 akan tetap dilaksanakan dengan segala konsekuensi nya, dan kita akan tetap terlibat di dalam nya. rugi nya double saya rasa ketika sikap kita seperti ini, hati kita selalu merasa gk enak, kesel, dan persiapan kita pun tak akan optimal, baik itu dalam berinteraksi dengan mahasiswa lain atau warga, hingga ke pelaksanaan program karena dikerjakan tak sepenuh hati, bisa jadi kebermanfaatan kita tak terasa atau biasa2 saja disana.

oleh karena itu, mari sambut KKNM 2010 dengan senyuman, persiapkan diri dan perencanaan sebaik mungkin, guna menghasilkan ledakan kebermanfaatan untuk kita dan masyarakat, mari kita buat Indonesia tersenyum.

bukan terlalu idealis, tapi jangan sampai mahasiswa kehilangan jatidirinya sebagai mahasiswa.

Mengabdi bukanlah sebatas jumlah nilai SKS kawan2, karena mengabdi itu sebuah kesukarelaan. Mengabdi adalah mempersembahkan sesuatu dari hati yang tak mati.





Kami ingin bicara padamu
Dari dalamnya lubuk hati nurani
Dari kami yang ingin berbakti
Tapi masih belum punya arti
Tapi kami punya rasa
Belum apa-apa
Belum berarti jasa
Yang ditandai dengan ragam pengalaman

Kami juga bicara seadanya
Kami hanya berawal dari cita-cita
Untuk berbaur dengan pemberdayaan, berkolaborasi
Mencari titik temu sebuah solusi

pengabdian kami tanpa akhir
Untuk masyarakat dan negeri tercinta ini
kami enggan mati, sebelum berarti


* untuk KKNM 2010 Universitas Padjadjaran *