Sebuah refleksi tentang tujuan pembelajaran ilmu kedokteran :)

tiba2 dapet sms dari seorang adik kelas, ia bertanya tentang tujuan ilmu kedokteran.
ingin rasanya langsung dijawab, tapi rasanya tak puas dengan balasan sms yang terbatas karakter. ingin rasanya berdiskusi, tapi terbatas ruang dan waktu. ingin rasanya menelepon juga, tapi rasanya terbatas oleh pulsa :p

karena itu tulisan ini hadir sebagai jawaban atas sebuah pertanyaan tadi :)

Berbicara tentang tujuan ilmu kedokteran berarti berbicara tentang beberapa hal.

Berbicara tentang tujuan ilmu kedokteran berarti berbicara tentang perlindungan agama, hifdh ad ddin, dalam kaitan nya dengan kesehatan fisik maupun mental. Perlindungan agama intinya adalah ibadah dalam arti luas, bahwa setiap usaha manusia adalah sebuah bentuk ibadah. Pengobatan medis mempunyai sumbangan langsung kepada ibadah dengan melindungi dan mempromosikan kesehatan yang baik, sehingga para pemeluk agama akan mempunyai kekuatan fisik dan mental untuk menanggung tanggung jawab ibadah. Seorang yang sakit atau tubuhnya lemah tetap bisa melaksanakannya dengan baik. Kesehatan mental yang seimbang diperlukan untuk memahami akidah dan menghindari ajaran-ajaran yang melanggar akidah karena akidah adalah dasar agama.

Berbicara tentang tujuan ilmu kedokteran berarti berbicara tentang perlindungan kehidupan, hifdh al nafs, tujuan primer kedokteran. Ilmu kedokteran tidak bisa menghindari atau menunda kematian karena hal-hal seperti itu berada di tangan Allah sendiri. Pengobatan hanya mencoba untuk mempertahankan kualitas kehidupan yang tinggi sampai waktu kematian yang ditentukan datang. Dunia kedokteran ikut menyumbang pemeliharan dan kelanjutan hidup dengan memastikan bahwa fungsi-fungsi fisiologis dipertahankan dengan baik. Juga melepaskan tekanan patofisiologi dengan pencegahan, pengobatan, dan rehabilitasi.

Berbicara tentang tujuan ilmu kedokteran berarti berbicara tentang perlindungan keturunan, hifdh al nasl. Ilmu kedokteran menyokong pemenuhan fungsi ini dengan memastikan bahwa anak-anak dirawat dengan baik sehingga mereka tumbuh menjadi seorang dewasa yang dapat memelihara anak. Ilmu kedokteran juga memberi perhatian kepada pengobatan laki-laki dan wanita untuk memastikan reproduksi yang berhasil. Juga pada perawatan wanita hamil, pengobatan perinatal, dan pengobatan anak-anak untuk memastikan bahwa anak-anak dilahirkan dan tumbuh secara sehat.

Berbicara tentang tujuan ilmu kedokteran berarti berbicara tentang perlindungan pikiran, hifdh al ’aql. Pengobatan medis memainkan peran yang sangat penting dalam perlindungan pikiran. Pengobatan penyakit-penyakit fisik akan menghilangkan tekanan mental. Pengobatan neurosis dan psikosis mengembalikan fungsi emosi dan intelektualnya. Pengobatan medis terhadap alkohol dan penyalahgunaan obat akan mencegah penghancuran intelektual.

Berbicara tentang tujuan ilmu kedokteran berarti berbicara juga tentang perlindungan terhadap kekayan, hifdh al maal. Kekayaan setiap masyarakat tergantung aktivitas produktif dari warganya yang sehat. Ilmu kedokteran mendukung pemeliharan kekayaan dengan mencegah penyakit, mempromosikan kesehatan, dan pengobatan tiap penyakit dan squellenya. Masyarakat dengan kesehatan umum yang rendah kurang produktif dibanding masyarakat yang sehat dan semangat. Prinsip perlindungan kehidupan dan perlindungan kekayaan bisa saling bertentangan pada kasus-kasus penyakit terminal. Perawatan untuk penyakit terminal menghabiskan banyak kekayaan yang bisa digunakan untuk mengobati orang lain dengan kondisi yang masih bisa diobati. Jalan keluar hal yang kontras seperti di atas membutuhkan prinsip-prinsip Hukum, qawa’id al shari’at.

Ya, inilah ilmu kedokteran. Berbicara tentang kedokteran berarti berbicara tentang kebermanfaatan, begitulah ideal nya. Dan Rasulullah sawa pernah bersabda, bahwa
" sebaik-baik manusia ialah yang paling bermanfaat......."

jadi beruntunglah setiap kita yang berada di jalan ini, menjalankan peran yang tak mudah, tapi memiliki peluang kebermaknaan yang begitu besar. selamat menebar manfaat.
belajar, berjuang, bermanfaat.

semoga menjawab pertanyaan nya dik! :)

Olymphiart; Romantisme dan Pembelajaran

Ini kali keempat kami, ini tahun terakhir kami mengikuti gelaran akbar tahunan yang selalu meramaikan dan ‘menghangatkan’ kehidupan kampus Fakultas Kedokteran Unpad. Gelaran yang memberikan warna tegas dan rasa berbeda dari sekadar berkutat dengan text books, learning issues, skripsi, puluhan kasus untuk OSCE dan SOOCA - yang tinggal hitungan hari -, rapat rutin, kumpul bersama teman satu fraksi, atau mengautis diri dengan kegiatan-kegiatan pribadi setiap kita. Jelas berbeda. Tekad dan antusiasme kumulatif seakan mengesampingkan warna pribadi untuk kemudian lebur membentuk atmosfer FK Unpad yang dinamis, energik, dan ambisius. 

Itulah Olymphiart, gelaran yang tiap tahun nya ‘dikultuskan’ sebagai akselerator kekeluargaan bagi mahasiswa 4 angkatan di FK Unpad. Sekilas tampak bias, bagaimana mencapai kekeluargaan 4 angkatan yang dikemas dalam wujud kompetisi antar keempat angkatan tersebut. Namun, ketika kompetisi dan kekeluargaan itu seolah ditabrakan, masih ada hal yang bisa menjembatani keduanya, yakni pembelajaran. Tiap tahun yang pernah kami lewati, masing-masing memberikan warna yang berbeda. Selalu ada hikmah dibalik setiap kejadian tiap tahun nya.

Olymphiart 2008: Inisiasi sinergisitas, Pengenalan karakter, dan Harmonisasi

Angkatan baru dengan semangat baru, itulah kami. Belajar mengenal karakter, potensi, menumbuhkan kemauan, dan mengelola keragaman. Polos tanpa beban. Meraba dan mengenal medan, sambil berharap mendapat kedekatan intern maupun ekstern angkatan. Sesekali coba memaknai integritas dalam kapasitas kami yang masih belajar. Mulai belajar berkorban, saling menguatkan, mencoba komposisi terbaik dan menjaga harmoni dari hal baik yang sudah terbentuk.

Olymphiart 2009: Melayani, Profesional, Tegas!

Tanggung jawab ada di pundak kami, panitia olymphiart 2009. Berfikir dan bergerak tak hanya untuk diri sendiri, melainkan untuk kebermanfaatan orang banyak. Beberapa konsepan dan kebijakan serta bentuk acara baru kami coba munculkan sebagai inovasi atas kekurangan yang kami analisis dari permasalahan sebelumnya. Belajar melayani dengan hati, belajar memberi. Berusaha memberi yang terbaik untuk angkatan lain sebagaimana untuk angkatan sendiri, profesional memberikan layanan terbaik untuk kepentingan orang banyak. Tahun ini mencoba memutus permasalahan klasik yang sering terjadi tiap tahun nya, konflik, pemakluman, dan kompromi. Ketegasan atas hal yang disepakati bersama dan atas peraturan tertulis mutlak kami lakukan. Ancaman, tuduhan, tekanan, dan kekerasan tak ayal jadi konsekuensi yang kami terima. Air mata pun terkadang jadi pelepas beban ketika dirasa tak ada lagi tempat untuk bergantung. Cobaan menjadikan kami semakin tangguh dan semakin solid, inilah hikmah langsung yang kami dapat dari menegakkan kebenaran dan mewujudkan kedisiplinan.

Olymphiart 2010: Ambisius dan mematangkan kedewasaan

Kemenangan itu penting, tapi kebersamaan JAUH lebih penting! Potensi sudah tergali, beberapa komposisi terbaik sudah muncul, dan keseungguhan serta kemauan hadir dalam dada mayoritas kita. Kali ini kami punya target, tapi tak ada beban. Menang adalah harapan, tapi bukan keharusan. Ambisius, ya kami punya keinginan keras mencapai harapan itu, namun tetap pada jalur, meminimalisir konflik, dan terkadang mengalah demi sebuah integritas dan sebagai bentuk penghormatan. Disini kami belajar kedewasaan. Bertambah tua itu adalah keniscayaan, tapi kedewasaan itu pilihan, bagaimana kita bersikap, respect, berbesar hati dan bijak dalam menghadapi permasalahan, serta bisa memposisikan diri sesuai dengan peran kita masing-masing. Belajar untuk tidak mudah terluka karena masalah yang amat kecil, belajar memperhatikan perasaan orang lain dan melihat suatu masalah tidak dari satu sudut pandang saja, belajar sabar, mengendalikan jiwa dan emosi serta menenangkan hati. Ya, ini yang kami dapat di 2010.

Olymphiart 2011: TOTALITAS dan Idealis menjaga nilai

Berbuat sebaik dan selurus mungkin dan melakukan apa yang paling mendekati ideal , melakukan yang terbaik dalam setiap hal yang hadir; olymphiart, skripsi, SOOCA, OSCE, MDE, sidang, itulah komitmen yang coba kami munculkan di tahun ini. Fokus, berkorban, dan konsisten untuk mencapai tujuan, tapi tetap menjaga harmonisasi. Menang bukan lagi sebagai kejaran utama, tapi jadi konsekuensi logis atas totalitas yang kami lakukan. Menjadi mahasiswa tingkat akhir mengingatkan sebuah simbol tanggung jawab keutuhan, menjadi penjaga nilai. Membimbing, meluruskan, membantu dan mengingatkan adik-adik angkatan menjadi hak dan tanggung jawab kami, begitulah sejatinya seorang kakak. Belajar menjadi teladan yang baik, dan menjaga atmosfer agar saling menghormati dan menghargai itu tetap terjaga.

Berorientasi menang itu boleh, bahkan harus, tapi jangan sekadar menang! Dan hanya pembelajar lah yang akan menjadi pemenang, karena sejatinya hanya yang bertransformasi kearah yang lebih baik dari sebelumnya lah yang menjadi pemenang, bukan progresivitas kita dalam hal perolehan medali saja, tapi juga progresivitas pendalaman makna akan esensi yang didapat. Esensi tentang totalitas perjuangan, pengorbanan, kedewasaaan, juga integritas dan kebersamaan. Itulah mengapa pembelajaran dapat menjembatani kompetisi untuk dapat mewujudkan kekeluargaan. :)

Kulminasi pelalaian nilai : Efek domino !

“ Jangan sampai panitia mau di brain wash sama salah satu angkatan!”
“ Kami merasa diintimidasi!”
“ Jangan cuma mau menang dan ngehalalin segala cara! "



Nampak tersirat untaian kata itu muncul. Entah darimana awalnya, entah karena apa sebab nya. Muncul dari mulut ke mulut, masuk ke lintasan pemikiran, lebih jauh dari itu melahirkan persepsi. Lebih dari satu kepala, lebih dari satu hati, ya, lebih dari satu yang akhirnya terjebak dalam lubang itu, prasangka. Olymphiart berhasil membidani lahirnya atmosfer seperti ini muncul di kampus kita, FK Unpad. Ironis memang, miris, gelaran bergengsi tahunan yang digadai untuk membentuk kekeluargaan ini malah menghasilkan percikan kebencian.

Api tak bisa dilawan api. Secara jeli penjaga nilai (baca:steering committee) paham ini. SC melalui forum rabu malam nya menjadi agen kuratif dan pencegah komplikasi dari kondisi patologis pre Olymphiart ini, mencoba mengurai benang kusut aksi-reaksi-aksi-reaksi dst. Hati, perasaan dan emosi dipertemukan dengan akal, pemikiran dan logika yang dituangkan dalam sebuah perbincangan dan pembahasan hangat antar elemen. Mulai dari penyampaian maksud implisit hingga uraian air mata. Nampak berlebihan memang, tapi seperti itulah kenyataan nya. Terkadang tampak bias antara idealisme, realita dan harga diri yang seakan berdesakan hadir di forum itu.

Menikmati proses dengan kesungguhan, dan keterbukaan. Akhirnya sang etiologi ditemukan, ini semata tentang yang namanya NILAI, pelalaian nilai tepatnya. Nampak normatif memang, namun ketika dijabarkan kita akan memahami itu secara realita. Pelalaian nilai dalam tataran teknis-konsep, dan pelalaian nilai dalam tataran idealisme.

Pelalaian nilai dalam tataran teknis-konsep
Terkadang sang pendahulu sungkan untuk berbagi, mungkin bukan sungkan lebih tepatnya, melainkan kehati-hatian akan sebuah persepsi yang disebut intervensi. Begitupun generasi muda pelaksana, terkadang terlalu yakin dengan ide-ide dan pemikiran ideal nya disertai rasa segan untuk berdiskusi dengan sang pendahulu. Kemauan dan Komunikasi sejatinya yang bisa menjembatani kedua gap tadi untuk akhirnya bertemu membentuk transfer nilai. Menjaga kontinuitas nilai, berbagi pengalaman, belajar dari kekurangan dan mewujudkan apa yang perlu diperbaiki pada masa sebelumnya. Organizing committee, disciplinary committee, steering committee mutlak untuk melakukan proses ini. Banyak permasalahan berulang yang muncul, baik itu dalam proses pengambilan keputusan, maupun dalam menjalankan nya, yang seharusnya permasalahan seperti ini bisa diputus ketika transfer nilai ini berjalan, sehingga konflik terminimalisir. Dan secara tidak langsung, silaturahim-kekeluargaan dapat muncul antar elemen yang melakukan proses ini.

Pelalaian nilai dalam tataran idealisme
Meraih hasil optimal merupakan sebuah keharusan, menjadi pemenang adalah kemauan setiap orang. Tapi jangan sampai ambisi menang menafikan kebersamaan, kekeluargaan. Ubah paradigma menang-kalah menjadi menang-menang dalam sebuah kebersamaan. Bagaimana setiap kita mau membuka hati, mata dan telinga kita bahwa kebersamaan jauh lebih penting dibanding kemenangan semata. Jangan sampai ada hati yang tersakiti, jangan sampai hal yang kita lakukan merusak integritas. Jangan berprasangka buruk, inilah tingkatan awal yang harus dilalui dalam kekeluargaan. Tidak berprasangka buruk merupakan tingkatan terendah dari kekeluargaan sebelum mencapai tingkatan tertinggi nya yakni mendahulukan kepentingan keluarga nya. Muhasabah, evaluasi diri menjadi hal penting dalam mengakselerasi proses ini. Bisa jadi ada sikap, ada hal yang memang salah dari diri setiap kita yang memunculkan prasangka dari orang, cobalah terbuka dan merefleksikan diri. Mulailah dari individu, karena kumulatif individu akan ter-representasi menjadi warna kelompok, angkatan. Ubah paradigma – Muhasabah, evaluasi – Berbenah jadi lebih baik – Minimalisir prasangka – Kekeluargaan.

Adik sayang kakak, kakak sayang adik. Katanya ini FK banget. Semoga tidak hanya jadi sekadar slogan atau jargon. Mungkin saya membahasakan nya dengan yang lebih tua menghargai yang lebih muda, yang lebih muda menghormati yang lebih tua. Perwujudan paling sederhana nya ada dalam sebuah bentuk komunikasi. Jangan sampai menunggu efek bola salju, jangan sampai efek domino konflik itu muncul. Tanggung jawab setiap kita yang mengerti lah, untuk menjaga ‘nilai’ baik itu tetap hidup dan terjaga di lingkungan kita, baik itu intra maupun ekstra angkatan.