Kulminasi pelalaian nilai : Efek domino !

“ Jangan sampai panitia mau di brain wash sama salah satu angkatan!”
“ Kami merasa diintimidasi!”
“ Jangan cuma mau menang dan ngehalalin segala cara! "



Nampak tersirat untaian kata itu muncul. Entah darimana awalnya, entah karena apa sebab nya. Muncul dari mulut ke mulut, masuk ke lintasan pemikiran, lebih jauh dari itu melahirkan persepsi. Lebih dari satu kepala, lebih dari satu hati, ya, lebih dari satu yang akhirnya terjebak dalam lubang itu, prasangka. Olymphiart berhasil membidani lahirnya atmosfer seperti ini muncul di kampus kita, FK Unpad. Ironis memang, miris, gelaran bergengsi tahunan yang digadai untuk membentuk kekeluargaan ini malah menghasilkan percikan kebencian.

Api tak bisa dilawan api. Secara jeli penjaga nilai (baca:steering committee) paham ini. SC melalui forum rabu malam nya menjadi agen kuratif dan pencegah komplikasi dari kondisi patologis pre Olymphiart ini, mencoba mengurai benang kusut aksi-reaksi-aksi-reaksi dst. Hati, perasaan dan emosi dipertemukan dengan akal, pemikiran dan logika yang dituangkan dalam sebuah perbincangan dan pembahasan hangat antar elemen. Mulai dari penyampaian maksud implisit hingga uraian air mata. Nampak berlebihan memang, tapi seperti itulah kenyataan nya. Terkadang tampak bias antara idealisme, realita dan harga diri yang seakan berdesakan hadir di forum itu.

Menikmati proses dengan kesungguhan, dan keterbukaan. Akhirnya sang etiologi ditemukan, ini semata tentang yang namanya NILAI, pelalaian nilai tepatnya. Nampak normatif memang, namun ketika dijabarkan kita akan memahami itu secara realita. Pelalaian nilai dalam tataran teknis-konsep, dan pelalaian nilai dalam tataran idealisme.

Pelalaian nilai dalam tataran teknis-konsep
Terkadang sang pendahulu sungkan untuk berbagi, mungkin bukan sungkan lebih tepatnya, melainkan kehati-hatian akan sebuah persepsi yang disebut intervensi. Begitupun generasi muda pelaksana, terkadang terlalu yakin dengan ide-ide dan pemikiran ideal nya disertai rasa segan untuk berdiskusi dengan sang pendahulu. Kemauan dan Komunikasi sejatinya yang bisa menjembatani kedua gap tadi untuk akhirnya bertemu membentuk transfer nilai. Menjaga kontinuitas nilai, berbagi pengalaman, belajar dari kekurangan dan mewujudkan apa yang perlu diperbaiki pada masa sebelumnya. Organizing committee, disciplinary committee, steering committee mutlak untuk melakukan proses ini. Banyak permasalahan berulang yang muncul, baik itu dalam proses pengambilan keputusan, maupun dalam menjalankan nya, yang seharusnya permasalahan seperti ini bisa diputus ketika transfer nilai ini berjalan, sehingga konflik terminimalisir. Dan secara tidak langsung, silaturahim-kekeluargaan dapat muncul antar elemen yang melakukan proses ini.

Pelalaian nilai dalam tataran idealisme
Meraih hasil optimal merupakan sebuah keharusan, menjadi pemenang adalah kemauan setiap orang. Tapi jangan sampai ambisi menang menafikan kebersamaan, kekeluargaan. Ubah paradigma menang-kalah menjadi menang-menang dalam sebuah kebersamaan. Bagaimana setiap kita mau membuka hati, mata dan telinga kita bahwa kebersamaan jauh lebih penting dibanding kemenangan semata. Jangan sampai ada hati yang tersakiti, jangan sampai hal yang kita lakukan merusak integritas. Jangan berprasangka buruk, inilah tingkatan awal yang harus dilalui dalam kekeluargaan. Tidak berprasangka buruk merupakan tingkatan terendah dari kekeluargaan sebelum mencapai tingkatan tertinggi nya yakni mendahulukan kepentingan keluarga nya. Muhasabah, evaluasi diri menjadi hal penting dalam mengakselerasi proses ini. Bisa jadi ada sikap, ada hal yang memang salah dari diri setiap kita yang memunculkan prasangka dari orang, cobalah terbuka dan merefleksikan diri. Mulailah dari individu, karena kumulatif individu akan ter-representasi menjadi warna kelompok, angkatan. Ubah paradigma – Muhasabah, evaluasi – Berbenah jadi lebih baik – Minimalisir prasangka – Kekeluargaan.

Adik sayang kakak, kakak sayang adik. Katanya ini FK banget. Semoga tidak hanya jadi sekadar slogan atau jargon. Mungkin saya membahasakan nya dengan yang lebih tua menghargai yang lebih muda, yang lebih muda menghormati yang lebih tua. Perwujudan paling sederhana nya ada dalam sebuah bentuk komunikasi. Jangan sampai menunggu efek bola salju, jangan sampai efek domino konflik itu muncul. Tanggung jawab setiap kita yang mengerti lah, untuk menjaga ‘nilai’ baik itu tetap hidup dan terjaga di lingkungan kita, baik itu intra maupun ekstra angkatan.

0 komentar: