kedokteran, satu langkah pasti!

Kembali merefleksikan diri, mengapa menjadikan dunia kedokteran sebagai satu langkah pasti.

Teringat salah satu pertanyaan Imam Ghazali, "Apa yang paling dekat dengan diri kita di dunia ini?". Tak sedikit memang yang menjawab orang tua, guru, teman atau kerabat, ya, semuanya memang benar, namun satu yang paling dekat dengan kita adalah kematian. Sebab kematian adalah janji Allah, seperti yang tertuang dalam firman Nya "Setiap yang bernyawa (pasti) akan merasakan mati." (QS Ali Imran [3]: 185).

Waktu terus berputar, hidup terus berlangsung, detik demi detik bergulir, semakin mendekatkan diri pada kematian. Tak pernah ada yang tau kapan masa itu muncul, boleh jadi kita masih bisa tersenyum hari ini, namun tidak untuk esok. Tak ada yang menjamin esok raga ini masih bernyawa. Paling dekat, sekaligus menjadi yang paling ditakuti dan dihindari kebanyakan orang. Pikiran lebih banyak terjejali dengan urusan hidup, berfikir tentang di mana kita akan kuliah, dimana kita akan bekerja, baju apa yang akan kita gunakan esok pagi, apa yang akan dimakan hari ini, dsb. Pikiran-pikiran seperti ini yang terkadang lebih sering dijadikan prioritas.

Terlintas di pikiran tentang kematian ketika sakit mulai mendera, musibah mulai menimpa, kecelakaan, penganiayaan, upaya pembunuhan terjadi dsb. Kematian linear dengan ketakutan untuk kebanyakan orang, dan disaat itulah fitrah nya mereka mencari penolong dari rasa takut yang mereka alami. Mereka rela menanggalkan harta,tahta, dan berbagai kepentingan lain untuk mempertahankan kehidupan.

Proses kematian banyak didahului dengan kesakitan, paling dekat kaitan nya dengan dunia kesehatan, kedokteran. Menjadi logis ketika akhirnya harapan akan hidup digantungkan kepada para pejuang kesehatan, terutama dokter sebagai pemegang tanggung jawab dan pengambil keputusan terbesar.
Menjadi seorang dokter berarti menghalalkan diri untuk menjadi tumpuan harapan di dunia akan ketakutan terbesar dalam hidup, yakni kematian. Pengejawantahan bentuk tawakal dan penyerahan diri sepenuhnya pada Allah swt. Menolong dan menjawab harapan orang-orang yang berada dalam ketakutan adalah sebuah kemuliaan. Kemuliaan itu terletak pada doa, dalam HR. Ibnu Majah dikatakan bahwa doa orang sakit makhbul seperti doanya malaikat. Doa itulah yang membesarkan para dokter, sederhana, dari ketulusan yang menumbuhkan. Ukuran nya bukan materi.

Kesakitan dan kematian, salah satu mozaik perenungan yang amat nyata bagi kita yang masih diberikan kesempatan hidup. Menjadi dokter sejatinya selalu diingatkan, bahwa dunia ini hakikatnya hanya tempat persinggahan, hanya sementara.

Tak hanya merefleksikan kematian, menjadi dokter sejatinya secara holistik mempelajari makna dan hakikat kehidupan. Belajar kompleksitas kehidupan, dari tataran sel, organ, tubuh, hingga sosial. Mengaplikasikan nya dalam pengenalan dan penjagaan diri, hingga manusia sekitar. Bicara ilmu kedokteran berarti bicara juga tentang perlindungan kehidupan. Mencoba mempertahankan kualitas kehidupan yang tinggi sampai waktu kematian yang ditentukan datang.

Mempelajari kehidupan, sejatinya menjadikan diri lebih mengenal Sang Pencipta kehidupan. Bergelut di dunia kedokteran, idealnya menjadikan diri semakin mengenal dan dekat dengan Allah swt, Sang Pencipta kehidupan, itu yang terpenting.

Tak hanya memberikan perlindungan kehidupan, ilmu kedokteran juga memberikan perlindungan keturunan, perlindungan pikiran, perlindungan kekayaan, dan lebih luas lagi perlindungan agama. Menjadi bagian dari dunia kedokteran berarti mewakafkan diri untuk senantiasa memberikan kebermanfaatan dalam berbagai aspek tersebut. Sungguh beruntung setiap kita yang dapat memberikan manfaat, seperti sabda Rasulullah saw yang tertuang dalam HR. Bukhari bahwa sebaik-baik manusia diantaramu adalah yang paling banyak manfaatnya bagi orang lain.

Profesi kedokteran membutuhkan kompetensi yang terintegrasi, mengkolaborasikan ilmu, seni, dan norma kemanusiaan secara proporsional. Menjadikan insan abdi di dalamnya harus memiliki dasar berpikir yang baik, sistematis, intuitif dan memiliki pendekatan sosial yang baik. Tak hanya concern dalam aspek fisik saja, namun mental dan sosial secara holistik menjadi keharusan yang perlu diperhatikan. Profesi kedokteran memang dapat memberikan kebahagiaan yang sangat bagi mereka yang berhasil diperbaiki kualitas hidup nya, namun tak jarang ketika akhirnya harus berteman dengan kesedihan, tatkala penurunan kualitas hidup, atau bahkan kematian. Kemampuan menyentuh hati adalah sebuah keniscayaan. Komunikasi hati ke hati, empati, penyamaan frekuensi pikiran diperlukan dalam setiap tahapan profesi ini, mulai dari penegakkan diagnosis, treatment, hingga penyikapan dari output perawatan dan pengobatan yang dilakukan. Cure and care dalam profesi ini menjadi sebuah keharusan.

Profesi kedokteran adalah profesi kebersamaan, baik dari segi kerja maupun figuritas performance setiap individu yang ada di dalamnya. Kebaikan dan keteladanan diri diperlukan, sebab kelalaian yang dilakukan personal dapat menimbulkan stigma profesi secara keseluruhan. Kebersamaan dalam kesejawatan menjadikan setiap kita terikat dalam satu kesatuan yang saling menumbuhkan idealnya.

Tak hanya sebagai agen penyembuh semata, dokter juga memiliki peran strategis sebagai agen pengubah dan agen pengembang bangsa ini. Peningkatan daya saing bangsa melalui intervensi terhadap sumber daya manusia nya, karena sehat tak hanya terbebas dari penyakit dan kelemahan saja, melainkan juga sempurna baik secara fisik, mental, maupun rohani yang memungkinkan hidup produktif secara sosial dan ekonomi.

Merefleksikan diri dan dunia kedokteran berarti merefleksikan kehidupan dan kematian, merefleksikan kedekatan dengan Sang Pencipta, merefleksikan keunggulan komparasi melalui kompetensi integratif yang harus dimiliki, dan merefleksikan soliditas ikatan melalui kebersamaan dalam kesejawatan, serta merefleksikan kontribusi untuk bangsa.

Memilih kedokteran sebagai langkah pasti, idealnya berarti menjemput takdir sejarah melalui amal unggulan dan keutamaan dunia dan akhirat yang bisa kita peroleh di dalamnya.

• Teruntuk rekan seperjuangan, para dokter muda, proses yang telah dan sedang kita lalui memang panjang, jalani itu dengan sabar dan rasa syukur, kembali refleksikan diri bahwa jalan yang kita ambil penuh dengan kemuliaan :) , tetap semangat menjadi relawan kemanusiaan dalam misi pendidikan
• Teruntuk adik-adik yang sedang menjalankan pembelajaran pre klinik, nikmati prosesnya, dan siapkan bekal ilmu terbaik untuk diabdikan pada masyarakat, dan temukan berbagai bukti kebesaran Tuhan mu yang menciptakan dari setiap ilmu yang dipelajari.
• Teruntuk calon rekan sejawat, guru dan teladan kami, para dokter yang telah mengabdikan diri untuk bangsa. Jaga terus idealisme dan semangat memberi untuk umat, biarkan kami terus belajar dari keteladanan. Jemput keutamaan dunia dan akhirat yang terhampar.

Sebuah refleksi tentang tujuan pembelajaran ilmu kedokteran :)

tiba2 dapet sms dari seorang adik kelas, ia bertanya tentang tujuan ilmu kedokteran.
ingin rasanya langsung dijawab, tapi rasanya tak puas dengan balasan sms yang terbatas karakter. ingin rasanya berdiskusi, tapi terbatas ruang dan waktu. ingin rasanya menelepon juga, tapi rasanya terbatas oleh pulsa :p

karena itu tulisan ini hadir sebagai jawaban atas sebuah pertanyaan tadi :)

Berbicara tentang tujuan ilmu kedokteran berarti berbicara tentang beberapa hal.

Berbicara tentang tujuan ilmu kedokteran berarti berbicara tentang perlindungan agama, hifdh ad ddin, dalam kaitan nya dengan kesehatan fisik maupun mental. Perlindungan agama intinya adalah ibadah dalam arti luas, bahwa setiap usaha manusia adalah sebuah bentuk ibadah. Pengobatan medis mempunyai sumbangan langsung kepada ibadah dengan melindungi dan mempromosikan kesehatan yang baik, sehingga para pemeluk agama akan mempunyai kekuatan fisik dan mental untuk menanggung tanggung jawab ibadah. Seorang yang sakit atau tubuhnya lemah tetap bisa melaksanakannya dengan baik. Kesehatan mental yang seimbang diperlukan untuk memahami akidah dan menghindari ajaran-ajaran yang melanggar akidah karena akidah adalah dasar agama.

Berbicara tentang tujuan ilmu kedokteran berarti berbicara tentang perlindungan kehidupan, hifdh al nafs, tujuan primer kedokteran. Ilmu kedokteran tidak bisa menghindari atau menunda kematian karena hal-hal seperti itu berada di tangan Allah sendiri. Pengobatan hanya mencoba untuk mempertahankan kualitas kehidupan yang tinggi sampai waktu kematian yang ditentukan datang. Dunia kedokteran ikut menyumbang pemeliharan dan kelanjutan hidup dengan memastikan bahwa fungsi-fungsi fisiologis dipertahankan dengan baik. Juga melepaskan tekanan patofisiologi dengan pencegahan, pengobatan, dan rehabilitasi.

Berbicara tentang tujuan ilmu kedokteran berarti berbicara tentang perlindungan keturunan, hifdh al nasl. Ilmu kedokteran menyokong pemenuhan fungsi ini dengan memastikan bahwa anak-anak dirawat dengan baik sehingga mereka tumbuh menjadi seorang dewasa yang dapat memelihara anak. Ilmu kedokteran juga memberi perhatian kepada pengobatan laki-laki dan wanita untuk memastikan reproduksi yang berhasil. Juga pada perawatan wanita hamil, pengobatan perinatal, dan pengobatan anak-anak untuk memastikan bahwa anak-anak dilahirkan dan tumbuh secara sehat.

Berbicara tentang tujuan ilmu kedokteran berarti berbicara tentang perlindungan pikiran, hifdh al ’aql. Pengobatan medis memainkan peran yang sangat penting dalam perlindungan pikiran. Pengobatan penyakit-penyakit fisik akan menghilangkan tekanan mental. Pengobatan neurosis dan psikosis mengembalikan fungsi emosi dan intelektualnya. Pengobatan medis terhadap alkohol dan penyalahgunaan obat akan mencegah penghancuran intelektual.

Berbicara tentang tujuan ilmu kedokteran berarti berbicara juga tentang perlindungan terhadap kekayan, hifdh al maal. Kekayaan setiap masyarakat tergantung aktivitas produktif dari warganya yang sehat. Ilmu kedokteran mendukung pemeliharan kekayaan dengan mencegah penyakit, mempromosikan kesehatan, dan pengobatan tiap penyakit dan squellenya. Masyarakat dengan kesehatan umum yang rendah kurang produktif dibanding masyarakat yang sehat dan semangat. Prinsip perlindungan kehidupan dan perlindungan kekayaan bisa saling bertentangan pada kasus-kasus penyakit terminal. Perawatan untuk penyakit terminal menghabiskan banyak kekayaan yang bisa digunakan untuk mengobati orang lain dengan kondisi yang masih bisa diobati. Jalan keluar hal yang kontras seperti di atas membutuhkan prinsip-prinsip Hukum, qawa’id al shari’at.

Ya, inilah ilmu kedokteran. Berbicara tentang kedokteran berarti berbicara tentang kebermanfaatan, begitulah ideal nya. Dan Rasulullah sawa pernah bersabda, bahwa
" sebaik-baik manusia ialah yang paling bermanfaat......."

jadi beruntunglah setiap kita yang berada di jalan ini, menjalankan peran yang tak mudah, tapi memiliki peluang kebermaknaan yang begitu besar. selamat menebar manfaat.
belajar, berjuang, bermanfaat.

semoga menjawab pertanyaan nya dik! :)

Olymphiart; Romantisme dan Pembelajaran

Ini kali keempat kami, ini tahun terakhir kami mengikuti gelaran akbar tahunan yang selalu meramaikan dan ‘menghangatkan’ kehidupan kampus Fakultas Kedokteran Unpad. Gelaran yang memberikan warna tegas dan rasa berbeda dari sekadar berkutat dengan text books, learning issues, skripsi, puluhan kasus untuk OSCE dan SOOCA - yang tinggal hitungan hari -, rapat rutin, kumpul bersama teman satu fraksi, atau mengautis diri dengan kegiatan-kegiatan pribadi setiap kita. Jelas berbeda. Tekad dan antusiasme kumulatif seakan mengesampingkan warna pribadi untuk kemudian lebur membentuk atmosfer FK Unpad yang dinamis, energik, dan ambisius. 

Itulah Olymphiart, gelaran yang tiap tahun nya ‘dikultuskan’ sebagai akselerator kekeluargaan bagi mahasiswa 4 angkatan di FK Unpad. Sekilas tampak bias, bagaimana mencapai kekeluargaan 4 angkatan yang dikemas dalam wujud kompetisi antar keempat angkatan tersebut. Namun, ketika kompetisi dan kekeluargaan itu seolah ditabrakan, masih ada hal yang bisa menjembatani keduanya, yakni pembelajaran. Tiap tahun yang pernah kami lewati, masing-masing memberikan warna yang berbeda. Selalu ada hikmah dibalik setiap kejadian tiap tahun nya.

Olymphiart 2008: Inisiasi sinergisitas, Pengenalan karakter, dan Harmonisasi

Angkatan baru dengan semangat baru, itulah kami. Belajar mengenal karakter, potensi, menumbuhkan kemauan, dan mengelola keragaman. Polos tanpa beban. Meraba dan mengenal medan, sambil berharap mendapat kedekatan intern maupun ekstern angkatan. Sesekali coba memaknai integritas dalam kapasitas kami yang masih belajar. Mulai belajar berkorban, saling menguatkan, mencoba komposisi terbaik dan menjaga harmoni dari hal baik yang sudah terbentuk.

Olymphiart 2009: Melayani, Profesional, Tegas!

Tanggung jawab ada di pundak kami, panitia olymphiart 2009. Berfikir dan bergerak tak hanya untuk diri sendiri, melainkan untuk kebermanfaatan orang banyak. Beberapa konsepan dan kebijakan serta bentuk acara baru kami coba munculkan sebagai inovasi atas kekurangan yang kami analisis dari permasalahan sebelumnya. Belajar melayani dengan hati, belajar memberi. Berusaha memberi yang terbaik untuk angkatan lain sebagaimana untuk angkatan sendiri, profesional memberikan layanan terbaik untuk kepentingan orang banyak. Tahun ini mencoba memutus permasalahan klasik yang sering terjadi tiap tahun nya, konflik, pemakluman, dan kompromi. Ketegasan atas hal yang disepakati bersama dan atas peraturan tertulis mutlak kami lakukan. Ancaman, tuduhan, tekanan, dan kekerasan tak ayal jadi konsekuensi yang kami terima. Air mata pun terkadang jadi pelepas beban ketika dirasa tak ada lagi tempat untuk bergantung. Cobaan menjadikan kami semakin tangguh dan semakin solid, inilah hikmah langsung yang kami dapat dari menegakkan kebenaran dan mewujudkan kedisiplinan.

Olymphiart 2010: Ambisius dan mematangkan kedewasaan

Kemenangan itu penting, tapi kebersamaan JAUH lebih penting! Potensi sudah tergali, beberapa komposisi terbaik sudah muncul, dan keseungguhan serta kemauan hadir dalam dada mayoritas kita. Kali ini kami punya target, tapi tak ada beban. Menang adalah harapan, tapi bukan keharusan. Ambisius, ya kami punya keinginan keras mencapai harapan itu, namun tetap pada jalur, meminimalisir konflik, dan terkadang mengalah demi sebuah integritas dan sebagai bentuk penghormatan. Disini kami belajar kedewasaan. Bertambah tua itu adalah keniscayaan, tapi kedewasaan itu pilihan, bagaimana kita bersikap, respect, berbesar hati dan bijak dalam menghadapi permasalahan, serta bisa memposisikan diri sesuai dengan peran kita masing-masing. Belajar untuk tidak mudah terluka karena masalah yang amat kecil, belajar memperhatikan perasaan orang lain dan melihat suatu masalah tidak dari satu sudut pandang saja, belajar sabar, mengendalikan jiwa dan emosi serta menenangkan hati. Ya, ini yang kami dapat di 2010.

Olymphiart 2011: TOTALITAS dan Idealis menjaga nilai

Berbuat sebaik dan selurus mungkin dan melakukan apa yang paling mendekati ideal , melakukan yang terbaik dalam setiap hal yang hadir; olymphiart, skripsi, SOOCA, OSCE, MDE, sidang, itulah komitmen yang coba kami munculkan di tahun ini. Fokus, berkorban, dan konsisten untuk mencapai tujuan, tapi tetap menjaga harmonisasi. Menang bukan lagi sebagai kejaran utama, tapi jadi konsekuensi logis atas totalitas yang kami lakukan. Menjadi mahasiswa tingkat akhir mengingatkan sebuah simbol tanggung jawab keutuhan, menjadi penjaga nilai. Membimbing, meluruskan, membantu dan mengingatkan adik-adik angkatan menjadi hak dan tanggung jawab kami, begitulah sejatinya seorang kakak. Belajar menjadi teladan yang baik, dan menjaga atmosfer agar saling menghormati dan menghargai itu tetap terjaga.

Berorientasi menang itu boleh, bahkan harus, tapi jangan sekadar menang! Dan hanya pembelajar lah yang akan menjadi pemenang, karena sejatinya hanya yang bertransformasi kearah yang lebih baik dari sebelumnya lah yang menjadi pemenang, bukan progresivitas kita dalam hal perolehan medali saja, tapi juga progresivitas pendalaman makna akan esensi yang didapat. Esensi tentang totalitas perjuangan, pengorbanan, kedewasaaan, juga integritas dan kebersamaan. Itulah mengapa pembelajaran dapat menjembatani kompetisi untuk dapat mewujudkan kekeluargaan. :)

Kulminasi pelalaian nilai : Efek domino !

“ Jangan sampai panitia mau di brain wash sama salah satu angkatan!”
“ Kami merasa diintimidasi!”
“ Jangan cuma mau menang dan ngehalalin segala cara! "



Nampak tersirat untaian kata itu muncul. Entah darimana awalnya, entah karena apa sebab nya. Muncul dari mulut ke mulut, masuk ke lintasan pemikiran, lebih jauh dari itu melahirkan persepsi. Lebih dari satu kepala, lebih dari satu hati, ya, lebih dari satu yang akhirnya terjebak dalam lubang itu, prasangka. Olymphiart berhasil membidani lahirnya atmosfer seperti ini muncul di kampus kita, FK Unpad. Ironis memang, miris, gelaran bergengsi tahunan yang digadai untuk membentuk kekeluargaan ini malah menghasilkan percikan kebencian.

Api tak bisa dilawan api. Secara jeli penjaga nilai (baca:steering committee) paham ini. SC melalui forum rabu malam nya menjadi agen kuratif dan pencegah komplikasi dari kondisi patologis pre Olymphiart ini, mencoba mengurai benang kusut aksi-reaksi-aksi-reaksi dst. Hati, perasaan dan emosi dipertemukan dengan akal, pemikiran dan logika yang dituangkan dalam sebuah perbincangan dan pembahasan hangat antar elemen. Mulai dari penyampaian maksud implisit hingga uraian air mata. Nampak berlebihan memang, tapi seperti itulah kenyataan nya. Terkadang tampak bias antara idealisme, realita dan harga diri yang seakan berdesakan hadir di forum itu.

Menikmati proses dengan kesungguhan, dan keterbukaan. Akhirnya sang etiologi ditemukan, ini semata tentang yang namanya NILAI, pelalaian nilai tepatnya. Nampak normatif memang, namun ketika dijabarkan kita akan memahami itu secara realita. Pelalaian nilai dalam tataran teknis-konsep, dan pelalaian nilai dalam tataran idealisme.

Pelalaian nilai dalam tataran teknis-konsep
Terkadang sang pendahulu sungkan untuk berbagi, mungkin bukan sungkan lebih tepatnya, melainkan kehati-hatian akan sebuah persepsi yang disebut intervensi. Begitupun generasi muda pelaksana, terkadang terlalu yakin dengan ide-ide dan pemikiran ideal nya disertai rasa segan untuk berdiskusi dengan sang pendahulu. Kemauan dan Komunikasi sejatinya yang bisa menjembatani kedua gap tadi untuk akhirnya bertemu membentuk transfer nilai. Menjaga kontinuitas nilai, berbagi pengalaman, belajar dari kekurangan dan mewujudkan apa yang perlu diperbaiki pada masa sebelumnya. Organizing committee, disciplinary committee, steering committee mutlak untuk melakukan proses ini. Banyak permasalahan berulang yang muncul, baik itu dalam proses pengambilan keputusan, maupun dalam menjalankan nya, yang seharusnya permasalahan seperti ini bisa diputus ketika transfer nilai ini berjalan, sehingga konflik terminimalisir. Dan secara tidak langsung, silaturahim-kekeluargaan dapat muncul antar elemen yang melakukan proses ini.

Pelalaian nilai dalam tataran idealisme
Meraih hasil optimal merupakan sebuah keharusan, menjadi pemenang adalah kemauan setiap orang. Tapi jangan sampai ambisi menang menafikan kebersamaan, kekeluargaan. Ubah paradigma menang-kalah menjadi menang-menang dalam sebuah kebersamaan. Bagaimana setiap kita mau membuka hati, mata dan telinga kita bahwa kebersamaan jauh lebih penting dibanding kemenangan semata. Jangan sampai ada hati yang tersakiti, jangan sampai hal yang kita lakukan merusak integritas. Jangan berprasangka buruk, inilah tingkatan awal yang harus dilalui dalam kekeluargaan. Tidak berprasangka buruk merupakan tingkatan terendah dari kekeluargaan sebelum mencapai tingkatan tertinggi nya yakni mendahulukan kepentingan keluarga nya. Muhasabah, evaluasi diri menjadi hal penting dalam mengakselerasi proses ini. Bisa jadi ada sikap, ada hal yang memang salah dari diri setiap kita yang memunculkan prasangka dari orang, cobalah terbuka dan merefleksikan diri. Mulailah dari individu, karena kumulatif individu akan ter-representasi menjadi warna kelompok, angkatan. Ubah paradigma – Muhasabah, evaluasi – Berbenah jadi lebih baik – Minimalisir prasangka – Kekeluargaan.

Adik sayang kakak, kakak sayang adik. Katanya ini FK banget. Semoga tidak hanya jadi sekadar slogan atau jargon. Mungkin saya membahasakan nya dengan yang lebih tua menghargai yang lebih muda, yang lebih muda menghormati yang lebih tua. Perwujudan paling sederhana nya ada dalam sebuah bentuk komunikasi. Jangan sampai menunggu efek bola salju, jangan sampai efek domino konflik itu muncul. Tanggung jawab setiap kita yang mengerti lah, untuk menjaga ‘nilai’ baik itu tetap hidup dan terjaga di lingkungan kita, baik itu intra maupun ekstra angkatan.

Meresepkan otak dan hatimu sebagai obat atas setiap bencana yang terjadi

Mereka datang mengeluhkan hampir hal yang sama, sela-sela jari mereka belah, perih dan terasa gatal. Tinea pedis, atau jamur kaki, itulah penyakit nya ketika saya periksa. Tak sedikit pula yang mengeluhkan batuk-pilek, sesak nafas, terganggunya saluran nafas mereka karena infeksi. Beberapa orang datang dengan lebam, atau luka karena terbentur kayu atau barang. Diare, tak kalah banyaknya menyerang mereka, terutama dari kalangan anak-anak, terkadang beberapa orang dibawa dengan kondisi yang sudah cukup lemah. Bahkan untuk menanggulangi itu, kami sempatkan kembali di suatu waktu hanya untuk memberikan penyuluhan tentang pencegahan dan cara mengatasi diare, mengingat bahaya nya penyakit ini.

Ya itulah sekelumit kecil gambaran penyakit di penghujung surut ketika melakukan bantuan medis pasca Banjir. Sungguh prihatin melihat dan mendengar keluhan korban banjir yang berkonsultasi tentang kesehatan nya. Ditambah ketika survey langsung ke lapangan untuk melihat aspek kesehatan lingkungan, sumber air bersih terkontaminasi lumpur, sampah, kotoran hewan, dan kontaminan lain nya. Tentulah hal seperti ini pun menjadi wahana yang subur untuk ditumpangi berbagai macam patogen seperti virus Hepatitis A, Salmonella dan Leptospira. Dan hal ini tentunya akan menimbulkan penyakit lagi. Belum lagi ketika air kotor itu berkontak langsung dengan mereka, sudah barangtentu akan meningkatkan risiko infeksi luka, penyakit kulit (dermatitis), konjungtivitis, dan infeksi tenggorokan.

Belum berhenti sampai disitu, coba lihatlah genangan air dan tempat kotor pasca banjir. Ibarat hotel bintang lima bagi perkembangbiakan nyamuk pembawa penyakit nampaknya. Lihatlah pula fenomena krisis bencana ini, overcrowding, banyak yang tidur di sembarang tempat, rusaknya infrastruktur kesehatan, disertai pencegahan transmisi yang lambat menjadikan penyebaran penyakit menjadi begitu mudahnya.

Coba kembali tengok, berapa orang anak-anak dan warga yang hipothermia karena terjebak di area banjir dalam waktu lama, berapa orang yang menderita trauma, berapa orang yang kemudian pun tenggelam dan bahkan meninggal?? Lihatlah berapa hektar sawah yang akhirnya tergenang, rumah yang rusak dan fasilitas masyarakat yang tak berfungsi. Kerugian materi, ketakutan, kesedihan, dan wabah penyakit menjadi sebagian contoh dari berbagai potensi yang akan melemahkan masyarakat.

Saat anda membaca tulisan ini, mungkin ribuan korban banjir sedang berjuang untuk keluar dari masa sulitnya. Mungkin hujan telah mereda, pemukiman pun telah mengering. Tapi luka, kekhawatiran itu belum sirna. Sang pelangi mungkin belum muncul pasca hujan deras itu karena sang mentari pun tak kunjung menyinari dan coba menghangatkan.

Curah hujan yang tinggi, ketinggian sebuah kawasan, pengaturan aliran air,kemampuan satu kawasan meresap air itulah yang menjadi elemen-elemen yang akan menyebabkan banjir. Silahkan sedot air tanah secara berlebihan, silahkan dirikan bangunan-bangunan di daerah resapan air, persempit sungai-sungai dan danau, dan buanglah sampah sembarangan dan sumbatlah kali atau selokan-selokan yang ada. Buatlah elemen-elemen tadi berada dalam ketidakseimbangan nya. Dan beranikah untuk melihat kesulitan-kesulitan tadi? Silahkan buka mata, hati dan telinga kita, dan bertindaklah semaunya layaknya hidup yang memang merupakan sebuah pilihan. Dan bersiaplah dengan konsekuensi yang mengiringi nya.

Masih adakah kesungguhan dalam menyelamatkan kawasan resapan air, memperketat ijin pendirian bangunan, pembangunan kanal-kanal, perbaikan situ-situ dan danau-danau, sampai kesungguhan dalam penyusunan rencana tata ruang wilayah yang handal?? Dan yang tak kalah penting nya,beranikah (bukan sekadar mampu) semua pihak konsisten mengikuti aturan di dalamnya?? Dan sediakah media menggunakan perspektf jurnalisme linqkungan, menjadikan permasalahan lingkungan menjadi isu yang seksi untuk ditawarkan pada para pembacanya??

Bangunlah kearifan. Banjir hanyalah satu isyarat saja diantara sekian banyak bahasa alam yang menggugat ketidakarifan kita berinteraksi dengan lingkungan. Tak ada ruginya bermimpi dan tak ada salahnya hanya sekedar berharap dibanding tidak sama sekali. Saya hanya berharap, semoga pemerintah memiliki komitmen yang tinggi dalam pembangunan berkelanjutan berwawasan lingkungan, dan virus dari individu yang punya kesadaran ekologis bisa menyebar cepat dan masif kepada individu lain nya.

Bukan sekedar loparamide, diphenoxylate, norit, kaolin,atau attapulgit untuk mengobati diare, atau berbagai antibiotik dan penurun panas serta pereda sakit saja untuk bisa mengatasi berbagai permasalahan kesehatan pasca bencana. Butuh otak dan hati setiap kita untuk dijadikan resep atas kesakitan bangsa di bidang ini. Banggunlah kearifan,berinteraksi dan jagalah keharmonisan dengan alam.

Ya, otak dan hati kita, gunakan itu dan buatlah Indonesia tersenyum :)


Sebagai mahasiswa kedokteran ingin rasanya saya mengkorelasikan permasalahan kesehatan dengan permasalahan lingkungan sebagai bentuk tanggung jawab atas ilmu yang dipelajari. Berbicara mengenai kesehatan, kesehatan seseorang itu dipengaruhi oleh beberapa faktor, yakni hereditas, nutrisi, pelayanan kesehatan, perilaku dan lingkungan. Menurut teori Blum tentang kesehatan, dari lima faktor yang memengaruhi kesehatan tersebut, faktor lingkungan lah yang mempunyai pengaruh dominan, begitu yang saya pelajari di mata kuliah kesehatan masyarakat. Faktor lingkungan yang mempengaruhi status kesehatan dapat berasal dari lingkungan pemukiman, lingkungan sosial, linkungan rekreasi, maupun lingkungan kerja.

Untuk Indonesia, keadaan kesehatan lingkungan masih memperihatinkan dan perlu mendapat perhatian. Banyak permasalahan yang dapat menimbulkan penyakit di Indonesia, seperti ledakan penduduk, penyediaan air bersih, pengolalaan sampah, pembuangan air limbah, penggunaan pestisida, masalah gizi, masalah pemukiman, pelayanan kesehatan, ketersediaan, obat, populasi udara, abrasi pantai, penggundulan hutan dll. Permasalahan lingkungan yang timbul, baik itu karena ulah manusia maupun sebab lainnya, tentunya akan berdampak terhadap kehidupan manusia. Jika dipandang dari segi lingkungan kesehatan, penyakit terjadi karena interaksi antara manusia dan lingkungan.

Menurut Aca Sugandhy (1999), permasalahan lingkungan tersebut dapat timbul dikarenakan beberapa permasalahan dalam pengelolaan lingkungan yaitu antara lain berubahnya fungsi dan tatanan lingkungan, penurunan daya dukung lingkungan, penurunan mutu lingkungan, ketidakpaduan antara pengelolaan sumber daya manusia, sumber daya alam, dan sumber daya buatan, kurang optimalnya rencana tata ruang, perusakan dan pencemaran lingkungan,rendahnya peran serta masyarakat, kurang lengkap dan tidak padunya sistem informasi lingkungan, belum terintegrasinya ekonomi lingkungan dalam perhitungan investasi pembangunan, dan masih lemahnya penegakan hukum dalam pengelolaan lingkungan.

Mencoba menyoroti satu dari sekian banyak permasalahan lingkungan yang ada, yang sering terjadi dan berimplikasi besar terhadap kondisi kesehatan masyarakat. Banjir. Bencana dengan angka kejadian yang tinggi di negara ini. Masih ingatkah kita dengan banjir rutin di daerah Jakarta, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jadetabek), atau daerah Bale Endah dan daerah sekitar Kab. Bandung yang langganan terkena banjir di musim penghujan? Puluhan orang tewas, ratusan orang harus mengungsi dari tempat tinggal nya, penyakit pasca banjir mewabah, kemacetan lalu lintas terjadi dan ratusan ribu hektar sawah tergenang. Kerugian materi tentulah amat besar, belum lagi kerugian yang sifatnya immateri seperti kesedihan, ketakutan dan berbagai potensi lain yang akan melemahkan masyarakat.

Banjir surut bukan berarti selesai kemelut, masih ada jejak kasat mata yang ditinggalkan. Wabah penyakit menjadi momok yang menakutkan pasca banjir. Biasanya wabah penyakit yang ditimbulkan banjir dapat diklasifikasikan menjadi 2 kelompok besar, water borne disease yang mencakup penyakit kolera, thypoid, disentri dan hepatitis A, dan vector borne disease yang diwakili oleh Dengue Hemorrhagic Fever (DHF). Wabah tersebut terjadi karena tercemarnya pasokan air bersih, atau karena genangan air pasca banjir yang menjadi tempat favorit bagi nyamuk pembawa penyakit untuk berkembang biak.

Selain wabah penyakit tersebut, masalah kesehatan lain juga terjadi pasca banjir, seperti hipothermia, meningkatnya risiko infeksi saluran nafas, trauma pada tubuh, tenggelam, tetanus, dan terputusnya sumber energi ke areal banjir yang dapat memutuskan pasokan air bersih dan melumpuhkan fasilitas-fasilitas kesehatan.

Fenomena diatas menggambarkan beberapa permasalahan kesehatan sebagai dampak dari permasalahan lingkungan. Dan sebagai pemimpin di muka bumi, merupakan sebuah konsekuensi logis bagi manusia untuk bisa menjaga alam untuk kembali pada keseimbangan nya. Berbagai upaya perlu dilakukan untuk memperkecil risiko turun nya kualitas lingkungan, mulai dari tataran pemerintah hingga ke tingkat individu masyarakatnya.

Pembangunan yang ada di Indonesia haruslah dilaksanakan dengan berorientasi pada pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. Pembangunan yang dipadukan kedalam analisis lingkungan dan menyatukan kebutuhan dan aspirasi generasi sekarang tanpa mengorbankan potensi-potensi untuk menyatukan kebutuhan dan aspirasi generasi di masa mendatang. Program-program seperti pembangunan sarana sanitasi dasar yang meliputi penyediaan air bersih, jamban sehat, perumahan sehat, pemantauan dan penataan lingkungan, dan pengukuran dan pengendalian kualitas lingkungan perlu dilakukan. Berbagai kajian terhadap masalah lingkungan yang berlangsung pun perlu dilakukan untuk membantu mewujudkan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan tersebut.

Pikiran merupakan sumber nilai dan perilaku manusia. Pola perilaku seseorang ditentukan oleh pikirannya. Pola perilaku tersebut merupakan perwujudan dari pola pikirnya, sehingga perlakuannya terhadap sesuatu juga ditentukan oleh cara dia mempersepsikan sesuatu itu. Oleh karena itu, pemberian pemahaman tentang peran masyarakat terhadap lingkungan secara integral dan diarahkan pada pembentukan sikap dan perilaku masyarakat yang seimbang menjadi hal mendasar untuk mewujudkan pembangunan tersebut dan menjaga keseimbangan lingkungan.

Setelah masing-masing individu memiliki kesadaran ekologis, maka langkah selanjutnya adalah menjadikan kesadaran ini sebagai landasan untuk membuat upaya penyelamatan lingkungan dari kerusakan dalam kerangka politik berupa penerapan kebijakan-kebijakan yang ramah lingkungan, hingga kerangka manusia sebagai individu dalam bentuk sikap, misal tidak membuang sampah sembarangan paling sederhana nya.

Ayo, perbaharui paradigma tentang lingkungan, bergeraklah dan jadilah dokter atas berbagai penyakit di masyarakat!



Kenapa harus mereka yang berbaju panjang dan berjilbab lebar??

"dan bahwasanya Dialah yang menciptakan berpasang-pasangan pria dan wanita"
(Q.S. An Najm:45)

Pria, wanita, laki-laki, perempuan, ikhwan, akhwat. Sekelumit cerita tentang dua insan ini selalu menjadi hal yang tak pernah surut dan selalu menarik untuk dibicarakan, oleh pria, wanita, laki-laki, perempuan, ikhwan maupun akhwat. Jangankan dikalangan mahasiswa tingkat akhir, dikalangan mahasiswa tingkat 3, tingkat 2, maupun mahasiswa baru, hingga di kalangan pelajar SMA bahkan SMP hal seperti ini ramai dibicarakan, mulai dari pembicaraan berat nan serius sampai perbincangan kosong tak bermakna. Sering terlibat dalam pembicaraan itu dan sering didalamnya dibicarakan tentang 'pasangan', walaupun entah hingga saat ini belum terbayangkan siapa sosok itu (ini akan terjawab dalam batas waktu yang telah Dia tentukan dalam sebuah pernikahan) yang terlintas hanyalah sosok seperti apa, dan mungkin setiap kali bicara tentang ini, selalu ada pertanyaan yang muncul, entah itu kenapa, siapa, hingga kapan dari mereka yang memulai perbincangan ini, terutama dari mereka teman-teman satu angkatan.

Terkadang banyak yang heran dan bertanya, kenapa harus mereka?

Kenapa harus mereka yang berbaju panjang, berjilbab lebar, yang malu-malu kalau berjalan, yang menundukan pandangan nya dan tak mau bersentuhan dengan lawan jenis nya? bagaimanakah mereka bisa berbaur dan diterima lingkungan nya?

Sadarkah kita, bahwa pakaian yang dikenakan nya menandakan keterjagaan nya akan aurat mereka dan menjaga dirinya dan orang disekitarnya dari yang bukan hak nya. Sadarkah kita, bahwa banyak mata yang sulit diajak kompromi. Sadarkah kita akan sulitnya mengontrol mata ini mulai dari keluar pintu rumah sampai kembali masuk rumah lagi? Terkadang hanya dua arah yang bisa membuat saya tenang, mendongak ke atas langit atau menunduk ke tanah. Di luar sana, kemana arah mata memandang selalu saja membuat mata ini terbelalak, oleh banyaknya sajian lekuk tubuh diantaranya. Ketika berbicara nafsu, tak bisa dipungkiri mungkin kita menyukai itu, tapi sayang, saya tak ingin hidup ini dibaluti oleh nafsu. Saya juga butuh hidup dengan pemandangan yang membuat kita tenang. Saya ingin melihat wanita bukan sebagai objek pemuas mata. Tapi mereka adalah sosok yang anggun mempesona, kalau dipandang bikin sejuk di mata. Bukan paras yang membuat mata panas, membuat iman lepas ditarik oleh pikiran kotor dan hatipun menjadi keras. Sadarkah kita bahwa penampilan mereka yang berbaju panjang, berjilbab lebar, itulah yang membuat dirinya dan keluarganya dihargai dan dihormati.

Allah swt telah berfirman: "Katakanlah kepada laki-laki yang beriman, Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya", yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka
perbuat. Katakanlah kepada wanita beriman "Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya." (QS. An-Nuur : 30-31)

Dengan penampilan mereka yang seperti itu, itulah yang membuat para wanita terjaga, dan membuat terjaga pula para pria disekitarnya. Dengan penampilan mereka, mereka menjada dirinya, juga menjaga orang lain.

Sadarkah kita, bahwa hidup mereka adalah adalah sebuah totalitas untuk berkarya di hadapan-Nya. Bersama dengan siapapun selama mendatangkan manfaat adalah kepribadian mereka. Mereka menjaga dan memperjuangkan kaumnya. Kesederhanaan, kepolosan, dan hati nya yang tak mati membuat mereka menjadi seorang manusia sosial yang lebih utuh dari wanita di manapun. Mereka akan tetap bisa berbaur, tapi bukan melebur. Mereka yang akan mewarnai, bukan terwarnai.

Lalu, kenapa harus mereka yang tidak pernah mau punya cinta sebelum akad itu berlangsung, yang menjaga interaksi nya mulai dari obrolan, telepon hingga sms, yang selalu punya sejuta alasan untuk tidak berpacaran, bagaimana mereka bisa romantis? bagaimana mereka punya pengalaman untuk menjaga cinta, apalagi jatuh cinta?

Sadarkah kita bahwa cinta itu fitrah, karena ia fitrah maka kesuciannya harus selalu kita jaga. Fitrahnya cinta akan begitu mudah mengantarkan seseorang untuk memiliki kekuatan untuk berkorban, keberanian untuk melangkah, bahkan ketulusan untuk memberikan semua perhatian. Namun, ada yang membedakan antara mereka dan wanita-wanita lainnya. Cinta mereka suci untuk-Nya. Mereka mencintaimu karena-Nya, berkorban untukmu karena-Nya, memberikan segenap kasihnya padamu juga karena-Nya. Itulah yang membedakan mereka. Tak pernah sedetikpun mereka berpikir, bahwa mencintaimu karena fisikmu, mencintaimu karena kekayaanmu, mencintaimu karena keturunan keluargamu. Kesucian inilah yang membuat mereka berbeda. Mereka akan mampu memupuk dan merawat cinta yang biasa agar menjadi luar biasa dan akan membawa cinta kita kepada-Nya.

Dan kenapa harus mereka yang lebih banyak menghabiskan waktunya dengan membaca Al-Qur’an dibanding ke salon, yang lebih sering menghabiskan harinya dari kajian ke kajian dibanding jalan-jalan ke mall, yang sebagian besar waktu tertunaikan untuk hajat orang banyak, untuk perubahan bagi lingkungannya, dibanding kumpul-kumpul bersama teman sebaya mereka sambil berdiskusi yang tidak penting. Bagaimana mereka merawat diri mereka? bagaimana mereka bisa menjadi wanita modern?

Sadarkah kita, bahwa dengan seringnya mereka membaca Al Qur’an maka memudahkan hati mereka untuk jauh dari dunia. Jiwa yang tak pernah terpaut dengan dunia akan menghabiskan harinya untuk memperdalam cintanya pada Allah. Mereka akan menjadi orang-orang yang lapang jiwanya, meski materi tak mencukupi mereka, mereka menjadi orang yang paling rela menerima pemberian suami, apapun bentuknya, karena dunia bukanlah tujuannya. Mereka akan dengan mudah menyisihkan sebagian rezekinya untuk kepentingan orang banyak dibanding menghabiskannya untuk diri sendiri. Kesucian ini, hanya akan dimiliki oleh mereka yang terbiasa dengan Al Qur’an, terbiasa dengan majelis-majelis ilmu, terbiasa dengan rumah-Nya. Jangan khawatir soal bagaimana mereka merawat dan menjaga diri. Mereka tahu bagaimana memperlakukan suami dan bagaimana bergaul di dalam sebuah keluarga kecil mereka. Mereka sadar dan memahami bahwa kecantikan fisik penghangat kebahagiaan, kebersihan jiwa dan nurani mereka selalu bersama dengan keinginan yang kuat untuk merawat diri mereka. Dan jangan takut mereka akan ketinggalan zaman. Sadarkah kita bahwa kesehariannya selalu bersama dengan ilmu pengetahuan. Mereka tangguh menjadi seorang pembelajar, mereka tidak gampang menyerah jika harus terbentur dengan kondisi akademik. Mereka adalah orang-orang yang tahu dengan sikap profesional dan bagaimana menjadi orang-orang yang siap untuk sebuah perubahan. Perubahan bagi mereka adalah sebuah keniscayaan, untuk itu mereka telah siap dan akan selalu siap bertransformasi menjadi wanita-wanita hebat yang akan memberikan senyum bagi dunia.

Mungkin masih banyak pertanyaan dan ketidakpuasan kenapa harus mereka? Keagungan, kesucian dan semua keindahan tentang mereka, takkan mampu kita pahami sebelum kita menjadi shalih/shalihah seperti mereka.

“Dan dunia ini adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita sholehah”.
(HR. Muslim).


Dialah bidadari bumi, dialah wanita sholihah yang keberadaan dirinya lebih baik dan berarti dari seluruh isi alam ini.

Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki- laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rezki yang mulia (surga).
(Q.S. An Nuur:26)


Janji Allah itu nyata, Allah mempersiapkan mereka untuk menemani sang pejuang yang sesungguhnya, yang bukan hanya indah lisannya, namun juga menggetarkan lakunya. Allah mempersiapkan mereka untuk sang pejuang yang malamnya tak pernah lalai untuk dekat dengan-Nya, yang siangnya dihabiskan dengan berjuang untuk memperpanjang nafas Islam di bumi-Nya. Allah mempersiapkan mereka untuk sang pejuang yang cintanya pada Allah melebihi kecintaan mereka kepada dunia, yang akan rela berkorban, dan meninggalkan dunia selagi Allah tujuannya, Yang cintanya takkan pernah habis meski semua isi bumi tak lagi berdamai kepadanya. Allah telah mempersiapkan mereka untuk lelaki-lelaki shalih penghulu surga.

Oleh karena nya, jadilah pribadi yang berkualitas, yang pandangannya terjaga, yang lisannya bijaksana, yang siap berkeringat untuk mencari nafkah, yang kuat berdiri menjadi seorang imam, yang tak kenal lelah untuk bersama-sama mengenal-Nya, yang siap membimbing mereka, mengarahkan mereka, hingga meluruskan khilaf mereka. Kalian yang benar-benar hebat secara fisik, jiwa, dan iman-lah yang akan memiliki mereka. Mereka adalah bidadari-bidadari surga yang turun ke dunia, maka Allah takkan begitu mudah untuk memberikan kepadamu yang tak berarti di mata-Nya. Allah menjaga mereka untuk sosok-sosok hebat yang akan mengubah dunia. Menyuruh mereka menunggu dan lebih bersabar agar bisa bersama dengan para syuhada sang penghuni surga. Menahan mereka untuk dipasangkan dengan mereka yang tidurnya adalah dakwah, yang waktunya adalah dakwah, yang kesehariannya tercurahkan untuk dakwah, sebab mereka adalah wanita-wanita yang menisbahkan hidupnya untuk jalan perjuangan.

Mungkin tak perlu diperpanjang bahasan nya, semoga ini bisa membuka dan kembali menyegarkan paradigma kita tentang hal yang tak ada habisnya untuk dibahas ini :). Semoga bisa sama-sama mengingatkan, menjaga agar tetap pada jalur dan memotivasi diri untuk terus berbenah. Yang menjadi fokus sekarang ialah bagaimana kita untuk terus memperbaiki kualitas diri untuk menjadi muslim/muslimah paripurna dan siap menjemput takdir sejarah yang telah ditetapkan.

Untukmu yang dulu pernah Allah pertemukan kita saat di alam ruh, Allah telah memilihkan mu saat empat bulan masa kandunganku di dalam perut ibu. Sejak saat itu namamu sudah disandingkan di sebelah namaku. Sejak saat itu aku sudah mencintaimu. Ketika fitrah sebagai manusia berupa rasa cinta mulai datang dimasa aku belum siap menemuimu, setiap kali aku merasakannya, aku akan mengenangkan dirimu. Di sana engkau setia menunggu diriku, tetapi di sini jangan sampai aku curang kepadamu. Sampaikan doamu kepada diriku agar aku dapat menjaga diri disamping aku mengajukan sendiri doa untuk tetap terjaga. Semoga Allah membantu mempertemukan kita dibatas waktu yang telah Dia tetapkan.


Ya Rabb, hamba sadar jikalau hamba banyak lalai dalam urusan ini. Bimbinglah hamba agar senantiasa terus berbenah dan semoga hamba bisa mempertanggung jawabkan apa yang hamba perbuat, memperbaiki semua kelalaian yang pernah dilakukan dan semoga takdir Mu indah pada waktu nya :)