Maafkan Aku Dinda, Namun Karena Ini Aku Mengerti dan Semakin Memahami.

Dinda, ada yang ingin aku ungkap, walau entah darimana aku harus memulai menceritakan kisah ini kepadamu. Lidah ini nampak kelu, malu. Aku hanya mampu berujar maaf. Maaf, jika engkau bukanlah wanita yang pertama. Ya, bukan wanita pertama yang sengaja aku sentuh selain ibu dan adik perempuanku.

Sengaja menyaksikan dan menyentuh bagian paling terlarang wanita, lebih dari satu kali, pada orang yang berbeda pula. Tak usah kau bayangkan, karena aku pun tak ingin membayangkan nya lagi, bahkan hanya untuk sekadar bercerita padamu aku tak kuasa. Namun bagiku, berkata jujur padamu adalah sebuah keutamaan.

Tapi percayalah dinda,bahwa sengaja bukan berarti sebuah kemauan. Tuhan kita yang menyaksikan. Seandainya dinding Rumah Sakit ini pun mampu berucap, pasti ia ceritakan. Sengaja demi pendidikan, memenuhi sebuah tuntutan, dan kebutuhan akan sebuah misi kemanusiaan. Melewati keadaan seperti ini adalah keniscayaan,agar aku mampu menanggung beban kehidupan, dan tanggung jawab kepemimpinan kemudian.

Namun justru karena keadaan ini lah yang akhirnya membuat aku sadar akan sebuah kenyataan. Bahwa menjadi dirimu tak semudah yang aku bayangkan. Menjadi ibu dari anak-anakku adalah ketulusan yang mengharukan. Sakit yang tiada terperikan seolah tergantikan dengan harapan kehadiran anak yang kau nantikan. Sungguh, surga bagimu tiada tergantikan.

Kesakitan, linangan air mata, tetesan keringat seolah menemani jihadmu dalam persalinan. Deraian darah menjadi satu hal yang tak mungkin dielakkan dan taruhan dengan kematian senantiasa menjadi momok yang menakutkan, namun itulah kenyataan. Rasa sakit yang tak tertahankan kala persalinan tak pernah kau sesalkan.

Dinda, barulah aku paham, menjadi wanita sepertimu adalah kemuliaan. Itulah mengapa saat wanita hamil, ia mendapatkan pahala puasa disiang hari dan pahala ibadah dimalam hari, serta ganjaran 2 rakaat shalat wanita yang hamil lebih baik dari 80 rakaat shalat wanita yang tidak hamil.

Begitupun ketika persalinan, wanita yang bersalin mendapat pahala 70 tahun shalat dan puasa, serta setiap kesakitan pada satu syarafnya, Allah memberi satu pahala haji. Sekiranya wanita meninggal dunia dalam masa 40 hari selepas bersalin ia dikira sebagai mati syahid.

Dinda, sadarkah juga selama dua tahun engkau menyusui, selama itu juga kebaikan mengalir untuk dirimu? Wanita yang menyusui anaknya akan mendapatkan 1 pahala dari setiap tetes susu yang diberikannya. Wanita yang menyusui anaknya yang menangis maka Allah memberi pahala satu tahun pahala shalat dan puasa. Jika wanita menyusui anaknya hingga 2. 5 thn, maka malaikat dilangit mengabarkan berita bahwa syurga wajib baginya.

Belum lagi untuk tidurmu yang terganggu saat engkau merawat anak kita. Seorang ibu yang menghabiskan waktu malamnya dengan tidur yang tidak selesai karena menjaga anaknya yang sakit, mendapat pahala seperti membebaskan 20 orang hamba. Wanita yang tidak cukup tidur pada malam hari karena menjaga anaknya yang sakit akan di ampunkan oleh Allah seluruh dosanya dan bila dia menghibur hati anaknya Allah memberi 12 tahun pahala ibadah.

Aku memang belum mempelajari benar tentang hadist diatas dinda, siapa perawi nya, dan bagaimana keshahihan nya. Namun tak berlebihan rasanya ganjaran seperti itu, untuk wanita sepertimu.

Dinda, sungguh aku bangga, di masa kekinian masih ada wanita sepertimu, menjadi wanita yang hanya bercita-cita menjadi istri dan ibu yang baik. Kau relakan masa keemasan dan karir cemerlang, hanya untuk kedekatan dan madrasah terbaik untuk anak-anakku. Kau buat mereka tak pernah merasa kehilangan, perhatian, kasih sayang, pendidikan (tarbiyah), dan senyuman yang senantiasa menyimpul di gurat wajah bahagia mereka. Dari rahim mu, kita hasilkan generasi terbaik penerus bangsa ini.

Dinda, melihat sosok dirimu bagiku engkau adalah bukti kesungguhan, bukti pengorbanan, dan wujud kesetiaan.

Dan membagi peran bersama mu, adalah sebuah kebahagiaan :)

“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang shalihah ialah yang ta’at kepada Allah lagi memelihara diri (maksudnya tidak berlaku serong ataupun curang serta memelihara rahasia dan harta suaminya) ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara “(mereka; maksudnya, Allah telah mewajibkan kepada suami untuk mempergauli isterinya dengan baik).

(QS An-Nisaa’/ 4:34).

Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Nabi S.A.W. bersabda : "Sebaik-baik wanita adalah apabila engkau pandang dia maka dia menggembirakan, bila engkau perintah dia taat, bila engkau tiada dia menjaga hartamu dan menjaga pula kehormatan dirinya. "

Sekali lagi, maafkan aku dinda, jika seandainya kau bukan wanita pertama yang sengaja aku sentuh, namun tetap bersyukurlah, karena setelah melewati fase ini, aku semakin mengerti, bahwa menjadi dirimu tak semudah yang aku bayangkan, bahwa menjadi dirimu adalah kemuliaan, dan hidup bersamamu adalah sebuah kebahagiaan :')

* tulisan random dokter muda Obgyn (obstetric & gynaecology)/Kebidanan. Mencoba mencari hikmah dari setiap kejadian. Untuk ibu, calon ibu, dan partner hidup mereka, semoga bisa semakin memaknai. Hanya ingin menjerat hikmah, dalam format dan gaya berbeda. Semoga tidak memantik sebuah rasa yang populer dikenal dengan kata "galau" kemudian. :D

-sebuah catatan pasca stase RSKIA Astana Anyar, 7 Januari 2012-

semoga bisa banyak mengambil hikmah lain nya pada 8 minggu selanjutnya di RSHS dan RS Jejaring lain nya.

*kalo ada orang yg gk terlalu suka bidang obgyn seperti saya,maka kejar hikmah kehidupan sebanyak-banyak nya dalam pembelajaran tentang kehidupan di bagian ini :) *

0 komentar: