Bahagia Itu Sederhana ??


Banyak orang berkata bahwa bahagia itu sederhana. Ya sederhana, karena bahagia itu terkadang memang bukan melulu tentang kita yang mengalami, begitu pikirku. Bahagia bisa dengan melihat orang lain senang atas apa yang kita berikan kepadanya. Pemberian bukan untuk mendapatkan imbalan selanjutnya. Tapi untuk membuktikan bahwa hati ini terikat. Terikat perasaan karena pertemanan, persahabatan, atau kekeluargaan. Bahkan ukuran bahagia bagi salah seorang teman yang sudah menikah jauh lebih sederhana, sesederhana ia menyentuh tangan pasangannya tanpa harus membatalkan wudhunya, begitu katanya. Ini hanya sekadar contoh, tak usahlah menjadi galau setelahnya. 

Sengaja aku ambil contoh ekstrem, karena aku yakin semua orang punya definisi bahagianya sendiri. Tak selalu orang kaya itu jauh lebih bahagia dibandingkan dengan orang miskin. Dan bisa jadi, justru saudara-saudara kita di Palestina lebih bahagia dibanding kita yang berada di Indonesia. Menjadi bahagia, bukanlah karena sikap orang lain yang menyenangkan atau menyakiti kita. Tetapi menjadi bahagia adalah karena pilihan kita sendiri untuk menjadi bahagia. Semua ingin bahagia, namun tidak semuanya berusaha melakukan sebab-sebab bagi tercapainya bahagia. Sesungguhnya ada banyak kunci menuju bahagia. Belajar berbahagia, ini yang ingin sama-sama aku pelajari bersamamu. Ada banyak jalan manjadikan sisa usia kita selalu berbahagia. 

Mengenal Allah (Ma'rifatullah) 

Menurut Imam Al-Ghazali, puncak kebahagiaan pada manusia adalah jika dia berhasil mencapai ma'rifatullah", telah mengenal Allah SWT. Imam All-Ghazali menyatakan:

"...kebahagiaan (mata) ialah melihat rupa yang indah, kebahagiaan telinga mendengar suara yang merdu, adapun kebahagiaan hati ialah ma'rifat kepada Allah, karena hati dijadikan tidak lain untuk mengingat Tuhan. Seorang rakyat jelata akan sangat gembira kalau dia dapat berkenalan dengan seorang pejabat tinggi atau menteri; kegembiraan itu naik berlipat-ganda kalau dia dapat berkenalan dengan yang lebih tinggi lagi misalnya raja atau presiden. Maka tentu saja berkenalan dengan Allah, adalah puncak dari segala macam kegembiraan. Lebih dari apa yang dapat dibayangkan  oleh manusia, sebab tidak ada yang lebih tinggi dari kemuliaan Allah. " 

Ma'rifalullah adalah buah dari ilmu. Ilmu yang mampu mengantarkan manusia kepada keyakinan, bahwa tiada Tuhan selain Allah. Untuk itulah, untuk dapat meraih kebahagiaan yang abadi, manusia wajib mengenal Allah. Caranya, dengan mengenal ayat-ayat-Nya, baik ayat kauniyah maupun ayat qauliyah. Yuk sama-sama belajar! :) 

Iman Kepada Allah dan Beramal Shaleh 

Allah berfirman “Siapa saja yg beramal kebajikan baik laki-laki maupun perempuan sedangkan dia dalam keadaan beriman maka Aku akan hidupkan mereka dalam kehidupan yg baik.” “Siapa saja beriman kepada Allah dan hari Akhir serta beramal shaleh mereka tidak pernah takut dan tidak pernah bersedih.” . Abu Yahya Shuhaib bin Sinan Ra. meriwayatkan Rasulullah Saw. bersabda “Sungguh mengherankan urusan seorang mukmin. Sesungguhnya segala urusannya baginya memberikan kebaikan hal ini tidak dimiliki oleh seorangpun melainkan oleh seorang mukmin. Bila mendapatkan harta atau kesuksesan selalu bersyukur maka jadilah itu kebaikan baginya dan bila mendapatkan kesengsaraan dia selalu bersabar dan itupun menjadikan kebaikan baginya.” 

Seolah normatif memang,  namun coba kita sedikit telaah cerita tentang Ibnu Taimiyah. Ketika diinterogtasi di Damaskus dengan berbagai bentuk penyiksaan yang keji, Ibnu Taimiyah Rahimahullah malah mengatakan “Apa yg diperbuat musuh-musuhku itulah surgaku, penjara bagiku adalah tempatku menyepi, dan penyiksaan terhadapku itulah syahadahku, sedang pengusiran terhadapku itulah tamasyaku.” Ucapan ini tentu tak akan keluar kecuali dari seorang yang benar-benar telah menghujam kuat imannya di dalam dada. 

Atau cerita lain, mengenai Bilal bin Rabah yang merasa bahagia dapat mempertahankan keimanannya meskipun dalam kondisi disiksa. Imam Abu Hanifah merasa bahagia meskipun harus dijebloskan ke penjara dan dicambuk setiap hari, karena menolak diangkat menjadi hakim negara. Para sahabat nabi, rela meninggalkan kampung halamannya demi mempertahankan iman. Mereka bahagia. Hidup dengan keyakinan dan menjalankan keyakinan. Jadi, kebahagiaan adalah kondisi hati yang dipenuhi dengan keyakinan (iman) dan berperilaku sesuai dengan keyakinannya itu.  

Beriman kepada Qadha dan Qadar

Musibah, rezeki, jodoh, semua adalah ketetapan Nya. Baik dan buruk, semua adalah kehendak Nya. Bayangkan, akan menjadi setertekan apa ketika setiap kita tidak mengimani Qadha dan Qadar, mengingkari bahwasanya semua adalah ketetapan Nya. Orang yang bahagia itu bukanlah orang yang selalu mendapatkan kesenangan, sebaliknya orang yang celaka itu bukanlah orang yang selalu dirundung duka. Namun, orang yang berbahagia itu adalah orang yang mampu menyikapi berbagai hal yang menimpanya, baik itu kesenangan maupun duka nestapa dengan sikap diri yang penuh husnuzan (baik sangka) kepada Allah. Percaya bahwa semua adalah ketetapan Nya, dan hal tersebut yang terbaik bagi kita. Artinya, kalaupun ditimpa musibah yang besar, ia akan merasakan kebahagiaan karena ia meyakini bahwa musibah ini adalah sebagai bentuk dari kasih sayang Allah dengan memberikan satu peringatan kepadanya, menjadi jalan penggugur atas dosa-dosanya.  

Oleh karena itu, dengan mendidik, membersihkan dan menyucikan jiwa akan menjadikan kita mengetahui apa yang harus dilakukan ketika mencari sesuatu yang diinginkannya dan mengetahui sikap apa yang harus dilakukannya dalam menyikapi hasil yang diperolehnya. Dengan demikian, sikapnya selalu sesuai dengan petunjuk Allah dan Rasul-Nya. 

" Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui."  (QS. Al-Baqarah: 216) 

Yakinlah apa saja yang diberikan kepadamu, maka itu adalah kenikmatan hidup duniawi dan perhiasannva, dengan demikian disana kan kau temukan bahagia.

Banyak Dzikir dan membaca Al Qur’an  

Allah berfirman “Ketahuilah dengan dzikir kepada Allah hati menjadi tenteram.” Orang yg selalu dzikir dan ingat kepada Allah akan bahagia dan tenang hatinya. Sedangkan orang yang berpaling dari ingat kepada Allah maka ia akan hidup dalam kesusahan dan kesedihan. “Dan siapa saja yang berpaling dari ingat kepada Tuhan yang Pemurah niscaya kami tentukan baginya setan, maka jadilah ia teman yang tidak terpisah baginya.” “Dan siapa saja yg berpaling dari dzikir kepada Aku maka adalah baginya penghidupan yang sempit dan kami akan kumpulkan dia pada hari Kiamat dalam keadaan buta.” “Maka kecelakaan bagi mereka yang beku hatinya dari mengingat Allah. Mereka itu dalam kesesatan yang nyata.” (Q.S. Az Zumar 220) 

Terkait dengan mengingat Allah dan ketenteraman hati, sudah pernah kubuat kajiannya dengan pendekatan psikomedis, silakan kembali lihat catatannya :). Kelapangan dada dan mencarinya termasuk tanda-tanda kebahagiaan dan sifat orang-orang yg berbahagia. 

Berbagi, Berbuat Baik kepada Manusia 

Nampaknya menjadi sebuah fakta yang tak berlebihan jika orang yang suka berbuat baik kepada manusia menjadi orang yang banyak berbahagia serta diterima hidupnya di atas bumi. Kebahagiaan adalah ketika ketika kita dapat melakukan lebih banyak hal untuk lebih banyak kebahagiaan orang lain, bahkan saat diri ini tidak lagi dapat membahagiakan dirinya sendiri. 

Lihatlah jiwa- jiwa yang ikhlas itu, yang diciptakan Allah di dunia seperti pabrik kebahagiaan yang siap disebar luaskan untuk mendamaikan hati, dan meluaskan dada sesamanya yang terasa sempit karena cobaan hidup. Dalam hati mereka pun berbisik, tak apa jika mereka menghabiskan banyak waktu mengurus kepentingan demi kebahagiaan orang lain, dan Insya Allah sebagai balasannya, Allah yang akan mengurus kepentingan dan membahagiakan mereka. 

Kebahagiaan adalah kepuasan batin atas tercukupinya kedamaian bagi orang lain. Dan ketika kita mencoba mendamaikan orang lain, bukankah dengan terlebih dahulu kita mengkondisikan hati dan pikiran kita agar terlebih dahulu terkondisikan? Dan setelah itu, bukankah juga kedamaian akan menjadi hak kita? 

Memandang Urusan Dunia Lebih Rendah Daripada Urusan Akhirat 

Dalam hal ini Rasulullah Saw. bersabda “Lihatlah orang-orang yang di bawah kamu dan janganlah kamu melihat kepada orang yang lebih tinggi dari kamu. Maka hal itu akan lebih pasti untuk meremehkan nikmat Allah.” . Ini adalah dalam urusan keduniaan karena bila kita ingat ada orang yang lebih rendah dari kita maka kita akan mengetahui betapa besar nikmat Allah yg diberikan kepada kita.  

Adapun dalam urusan akhirat, maka hendaknya kita melihat kepada orang-orang yang lebih tinggi dari kita agar kita sadar akan kelemahan dan kekurangan kita. Jangan kita melihat orang yang hancur dan sebab-sebab kehancurannya tetapi lihatlah orang yang selamat dan bagaimana keselamatan itu diraih. Dengan  ini kita akan selalu berbenah, bertumbuh, menjadi lebih baik. 

Bersabahat dengan Orang Shalih

Memilih sahabat menentukan kebahagiaan, ilmu dan masa depan. Karena dari mereka kita bisa dapatkan kebaikan atau keburukan. Memilih sahabat yang shalih, aku yakin akan senantiasa membawa kebaikan. Memilih sahabat yang shalih, bagiku itu menenteramkan, membawa ketenangan, menumbuhkan, dan membawa kebahagiaan. 

Dalam sebuah haditsnya, Rasulullah menganjurkan kita untuk selalu bergaul dengan orang-orang yang shalih. Orang-orang yang shalih akan selalu mengajak kepada kebaikan dan mengingatkan kita bila kita berbuat salah. Orang-orang shalih adalah orang-orang yang bahagia karena nikmat iman dan nikmat Islam yang selalu terpancar pada cahaya wajahnya. Insya Allah cahaya tersebut akan ikut menyinari orang-orang yang ada disekitarnya. Berbahagialah orang-orang yang selalu dikelilingi oleh orang-orang yang shalih.

Mampu Memaafkan

Ibrahim Ataimi berkata “Sesungguhnya ada seorang laki-laki mendzhalimiku maka aku mengasihinya.” Diriwayatkan juga ada beberapa ulama dan juga banyak orang yang berbuat jahat kepada Ibnu Taimiyah sehingga beliau dipenjarakan di iskandariyah. Setelah keluar dari penjara ada yg bertanya adakah kamu ingin membalas orang yang berbuat jahat padamu? Beliau menjawab,  "aku bebaskan siapa saja yang telah berbuat zhalim kepadaku dan aku maafkan."  Ibnu Taimiyah telah membebaskan semuanya karena beliau tahu hal itu akan membuatnya bahagia di dunia dan akhirat.

Atau cerita lain, seorang sahabat Rasul mendengar ada seorang yang ghibah atas dirinya. Maka sahabat tadi memilih suatu hadiah yang menarik, ia kemudian pergi kepada orang yang berbuat ghibah itu dan diberikannya hadiah tadi. Ketika ditanya tentang sebab pemberian hadiah itu ia menjawab, Rasulullah Saw. bersabda “Siapa saja yang berbuat kebajikan atasmu maka berilah dia imbalan." Sesungguhnya anda telah memberikan hadiah kepadaku dari kebajikanmu sedangkan aku tidak punya kebajikan yang dapat aku berikan padamu kecuali kebaikan dunia. Maha Suci Allah.

Selalu Kembali Kepada Allah dan Berdo’a Kepada Nya 

Rasulullah Saw. telah meneladankan semua itu, diantaranya beliau berdo’a “ Ya Allah perbaikilah aku dalam beragama karena dengan agama itu menjadi ishmah bagi segala urusanku, perbaikilah pula duniaku yg merupakan penghidupanku. Perbaiki pula akhiratku yang akan menjadi tempat kembaliku, jadikanlah hidup ini tambahan bagiku dengan berbagai kebaikan serta jadikanlah kematianku sebagai tempat istirahatku dari segala keburukan.” Beliau juga senantiasa berdo’a “ Ya Allah rahmat Mu aku harapkan. Janganlah Engkau tanggungkan kepada diriku sendiri meski hanya sejenak dan perbaikilah seluruh keadaanku semuanya, tidak ada Tuhan yg berhak disembah kecuali Engkau.” 

Hanya Allah lah tempat bergantung, tempat kembali, maka mohonlah kepada Nya, berdoalah kepada Nya, karena Ia akan mengabulkan doa orang yang berdoa kepada Nya, Ia dekat kepada siapa yang mendekatkan diri kepada Nya. Jangan sampai diri ini teramat sombong, merasa menemukan kebahagiaan tanpa senantiasa kembali pada Nya. Dengan kehendak Nya, Allah mampu mencabut atau menambah nikmat dan kebahagiaan yang kita rasakan dengan mudahnya. Maka, senantiasalah kembali dan berdoa pada Nya. Mudah-mudahan kita mendapat kebahagiaan yang sesungguhnya bukan angan-angan juga bukan sekedar pembicaraan. Dan kepada Allah lah segala urusan kita kembalikan. 

Dalam kondisi apa pun, maka " bahagiakanlah hatimu! " Jangan pernah bersedih. Jika engkau kaya, bahagiakanlah  hatimu! Karena di hadapanmu terbentang kesempatan untuk mengerjakan yang sulit-sulit melalui hartamu. Dan jika engkau fakir miskin, bahagiakan pulalah hatimu! Karena engkau telah terlepas dari suatu penyakit jiwa, penyakit kesombongan yang sering menimpa orang-orang kaya. Bahagiakanlah  hatimu karena tak ada orang yang akan hasad dan dengki kepadamu lagi, lantaran kemiskinanmu. Jika engkau dilupakan orang, kurang masyhur, bahagiakan pulalah hatimu! Karena lidah tidak banyak yang mencelamu, mulut tak banyak mencacimu. Mudah-mudahan. Allah mengkaruniai kita ilmu yang mengantarkan kita pada sebuah keyakinan dan kebahagiaan abadi, dunia dan akhirat. Aamin. 

Kesederhanaan bahagia, kemudian disimpulkan dalam kata 'syukur'. Seseorang bahagia bukan karena selalu mendapatkan yang terbaik di hidupnya, tapi karena selalu bersyukur atas apa yang hadir di hidupnya. Syukur itu, bukan tentang seringnya bernasib baik. Syukur itu tentang berbaik sangka kepada Allah.

Bersamamu, mari kita jemput keutamaan bahagia pada sisa usia kita. Menterjemahkan hal-hal sederhana kedalam bingkai bahagia, dengan selalu menghadirkan kebersamaan Sang Pencipta Bahagia dalam keutuhan makna. :)