Berbicara tentang surga dan amal shaleh, juga tentang keadilan akan takdir seorang hamba untuk kemudian dimasukan ke dalam surga atau neraka, semacam berbicara tentang husnul khatimah (akhir yang baik) atau suul khatimah (akhir yang buruk). Manusia pasti mengalami mati, sebagaimana firman Nya: “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kan dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan“. (QS. Al-Anbiya [21]: 35).
Proses sakaratul maut bisa menjadi parameter baik atau buruk kehidupan manusia diakhirat. Sehingga timbullah anggapan pada pihak yang menyaksikan kematian seseorang, bila menghembuskan nafas terakhir dengan baik dan tenang, akan mendapatkan kebahagiaan di akhirat. Sedangkan ketika menghadapi sakaratul maut dengan histeris dan kesakitan yang luar biasa pertanda akan menghadapi siksaan di hari kemudian. Allah SWT berfirman,”…Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orangyang zalim (berada) dalam tekanan-tekanan sakratul maut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata): ‘ Keluarkanlah nyawamu’. Di hari ini kamu dibalas dengan siksaan yang sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri terhadap ayat-ayat-Nya“. (QS. Al-An’aam [6]: 93).
Husnul khatimah adalah dambaan setiap muslim karena mampu mengendalikan diri dari dosa dan dapat mendatangkan kebahagiaan, seperti firman-Nya, “Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: ‘Tuhan kami ialah Allah’ kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan): ‘Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu’ “. (QS. Fushshilat [41 ]: 30). Inilah contoh dari husnul khatimah, dalam situasi sekarat, datang berita akan memperoleh surga. Masya Allah, apalagi di akhir hidup ini yang kita harapkan. Tentulah husnul khatimah yang utama paling didambakan.
Tak cukup dengan hanya mengucapkan “Tuhan kami ialah Allah“ untuk mendapatkan husnul khatimah,karena hakikat dari ucapan itu, adalah menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Seperti firman Allah SWT, “Hai orang-arang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhannya, dan janganlah kamu turuti langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu“. (QS. Al-Baqarah[2]:208). Bertolak dari dua kalimat syahadat, maka empat hal lagi dalam rukun Islam harus kita laksanakan dengan sebaik-baiknya, sesuai dengan kesanggupan kita dalam melaksanakannya.
Tidak ada jaminan jika orang yang tekun beribadah itu pasti masuk surga. Orang bisa masuk surga bukan di tentukan dengan melihat amal ibadahnya, tetapi karena memperoleh rahmat dan ridha Allah. Rahmat dan ridha Allah ini diraih dengan mentaati segala perintahNya dan menjauhi segala laranganNya.
Rasulullah pun tidak berani menjamin seseorang masuk surga. Sebab yang menentukan orang itu bisa masuk surga atau neraka adalah Allah. Seperti yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, bahwa Rasulullah saw bersabda: “Tidak ada seorang pun dari kalian yang amalnya bisa menyelamatkan dirinya”. Lantas para sahabat bertanya: “Termasuk engkau juga tidak bisa menyelamatkan?”. Beliau menjawab: “Aku juga tidak bisa menyelamatkan, kecuali bila Allah melimpahkan ampunan dan rahmatNya”. Abdurrahman bin Auf mendapat hadist dari Aisyah r.a.istri Nabi saw, ia berkata: Rasulullah saw pernah bersabda: "Istiqomahlah kalian, bertaqarrublah kalian dan bergembiralah kalian, sesungguhnya tidak ada amal seorang pun yang bisa menyebabkan masuk surga”. Para sahabat bertanya: “Termasuk engkau juga tidak bisa Ya Rasulullah?”. Beliau menjawab: “Aku pun tidak bisa, kecuali bila Allah melimpahkan rahmatNya. Karena itu beramallah kalian, sesungguhnya amal yang paling disukai Allah adalah yang langgeng meskipun sedkit”.
Dengan demikian, seseorang tidak bisa mengandalkan amal ibadahnya sebagai jaminan bahwa dirinya nanti pasti masuk surga. Hanya rahmat dan ridha Allah-lah yang bisa memasukkannya ke surga. Oleh karena itu, dalam setiap menjalankan amal ibadah perlu didasari keikhlasan, semata-mata mencari ridha Allah, tidak karena yang lain. Jadi sholat kita, puasa kita, taqarub kita kepada Allah sebenarnya bukan untuk surga tetapi untuk mendapatkan rahmat Allah. Dengan rahmat Allah itulah kita mendapatkan surga Allah. Amal soleh yang kita lakukan sepanjang hidup kita (walau setiap hari puasa dan sholat malam) tidaklah cukup untuk mendapatkan tiket masuk surga. Amal soleh sesempurna apapun yang kita lakukan seumur hidup kita tidaklah sebanding dengan nikmat surga yang dijanjikan Allah. Surga itu hanyalah sebagian kecil dari rahmat Allah, kita masuk surga bukan karena amal soleh kita, tetapi karena rahmat Allah. Bahwa perbuatan baik (akhlak) dan ibadah kita ternyata tidak mampu untuk mendapatkan tiket ke surga. Hanya karena rahmat-Nya lah kita bisa ke surga. Akhlak dan amal ibadah juga tidak cukup menjamin kita terbebas dari api neraka, hanya ampunan-Nya lah yang bisa membuat kita terbebas dari api neraka. Karena itu kita diminta banyak memohon rahmat dan ampunan Allah.
Tidak semua orang diberi rahmat surga, dan tidak semua orang diberi ampunan dari ancaman neraka. Karena itu Allah menentukan syarat utamanya adalah beriman kepada-Nya dan rasul-Nya (melalui syahadat). Ia harus memiliki aqidah yang benar, memahami siapa Tuhan yang disembahnya dengan benar, apa yang dimaui-Nya, bagaimana cara mencintai-Nya. Inilah syarat utama agar permohonan rahmat dan ampunan kita bisa diterima.
Ibarat seorang pembantu yang bekerja keras pada majikannya, setiap hari ia bangun pagi membersihkan rumah, mencuci pakaian, menyapu halaman, menjaga keselamatan anak majikan selama majikan bekerja diluar. Namun sang pembantu yang rajin ini ternyata tidak sopan dalam kata dan perilaku, Sang pembantu tidak mau berusaha memperbaiki sikapnya ini pada atasannya, karena ia mempunyai pendapat sendiri tak mungkin majikan akan memecatnya karena ia sudah bekerja sangat keras dan merawat anak-anak majikannya dengan baik. Ia tidak juga berusaha mencari tahu apa yang diinginkan sang majikan. Padahal jelas sang majikan sudah menulis tatatertib dan uraian kerja pembantu rumah tangga, diantaranya disebutkan bahwa kesopanan adalah syarat terpenting bekerja di rumah majikan tersebut. Bahkan terkadang ia sombong dan keras hati serta menyimpulkan sendiri bahwa sebagai orang yang berintelektual tinggi seharusnya majikannya bisa menerima kekurangan sang pembantu. Iapun kaget ketika di akhir bulan, sang majikan memecatnya dengan alasan tidak sopan. Ia protes tapi majikannya punya hak.
Analogi sederhana ini, menyiratkan bahwa agar doa, ampunan, amal dan ibadah kita bisa diterima Allah hendaknya kita mengenal Allah secara baik, melalui perenungan dan makrifatullah. Kitapun sebagai hamba Allah perlu mencari tahu apa sebenarnya syarat utama yang diinginkan Allah agar segala amal ibadah dan akhlak baik kita diterima Allah. Tidak susah mengenal Allah karena karya-Nya ada disekeliling kita, yaitu alam semesta ini, bahkan Ia telah memperkenalkan diri-Nya pada manusia melalui kitab-kitab suci dan ajaran nabi-Nya. Dengan mengenal Allah secara baik kita akan tahu bahwa Allah sangatlah penyayang, demikian sabar dengan kelemahan manusia, terlalu banyak kesalahan kita yang dimaafkan-Nya, bahkan kita akan tahu bahwa terlalu berlebihan kalau keimanan, amal ibadah dan kebaikan kita dibalas dengan surga yang luar biasa nikmatnya. Dengan hati yang bersih dan ilmu yang cukup juga akan memudahkan kita memahami mengapa Allah mengancam orang-orang tidak beriman dan yang buruk akhlaknya dengan neraka.
Memahami Allah dengan menggunakan kemampuan akal manusia adalah sia-sia, karena hakikat sifat-sifat Allah tidak dicerna oleh akal manusia, tapi oleh hati manusia. Hati manusia akan membantu kita memahami Allah, karena didalam hati bersemayam fitrah manusia yang salah satunya memiliki sifat-sifat cinta kepada Allah. Hatipun perlu dibersihkan terlebih dahulu dari kotoran (sifat sombong, dengki, kikir, dsbnya) agar fitrah manusia bisa diaktifkan untuk memahami sifat-sifat Allah dengan baik.
Melalui pengenalan yang baik terhadap Allah melalui cara-cara yang diatur dalam Qur'an dan hadits, akan kita temukan bahwa Allah mensyaratkan aqidah Islam yang benar sebelum segala amal ibadahnya diterima. Aqidah adalah hal yang pokok yang membedakan Islam dengan agama lainnya. Aqidah adalah fondasi bangunan seorang umat Muslim, sedang ibadah (syariah) adalah dinding bangunan seorang Muslim, lalu akhlak adalah atapnya. Tanpa fondasi maka ia pun tidak bisa mendirikan bangunan diri seorang Muslim, tanpa aqidah yang benar dan lurus iapun tidak pantas disebut seorang Muslim. Tanpa ibadah yang sesuai syariah Islam, iapun belum sempurna untuk dikatakan sebagai sebuah bangunan yang bernama Muslim. Demikian pula, tanpa Atap yang bernama akhlak, bangunan yang bernama Muslim ini belum utuh dan akan mudah rusak oleh hujan dan panas.
Muslim yang baik wajib memiliki ketiga syarat ini (aqidah, ibadah dan akhlak) secara lengkap, tidak kurang satupun, dan harus sempurna. Bila aqidahnya salah, maka kekal lah ia di neraka, bila ibadah dan akhlak buruk maka ia 'mungkin' masih berpeluang masuk surga setelah di 'cuci' dulu di neraka. Semoga kita tidak termasuk sebagai orang yang di'cuci' dulu, apalagi kekal, di neraka. Selagi kita masih hidup di dunia ini, semoga kita diberi ilmu oleh Allah SWT mengenai kedahsyatan akhirat dan neraka, supaya kita tidak menggampangkan diri untuk menganggap bahwa di'cuci' di neraka adalah bukan masalah besar. Tidak untuk sedetikpun !
Setiap orang pasti pernah melakukan kemaksiatan dan kesalahan, padahal kita tidak tahu kapankah nyawa kita dicabut, oleh karena itu hendaklah kita berhati-hati jangan sampai nyawa kita dicabut saat kita sedang berlumur keburukan. Hendaklah kita segera bertaubat memohon ampunan kepada Allah swt, mengganti segala kemaksiatan ini dengan ibadah-ibadah yang diperintahkan oleh Allah, hingga kita meraih satu kemenangan husnul khatimah. Insya Allah.
Allah swt berfirman: “ Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (Q.S. Luqman: 34)
Bagaimanapun juga, setiap ketetapan Allah pastilah yang terbaik, semua ada pada kadar yang tepat dengan takaran yang sesuai, setiap skenario itu indah dengan jalan nya masing-masing, setiap ganjaran linear dengan kadar lelah dan kesungguhan yang menyertainya, karena sejatinya Allah swt adalah Sang Maha Adil.
Wallahu’alam. Semoga bisa menjadi pemantik atas ketidakpuasaanmu terhadap pertanyaan yang dulu sempat ditanyakan, untuk kemudian mencari ilmu lagi atas pertanyaan ini J
Regards,
Dani Ferdian
Bandung, 29 Desember 2011
0 komentar:
Posting Komentar